JAKARTA - Memeringati 66 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA), Museum KAA yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat menggaungkan tagline 'Museum untuk Semua', guna mewujudkan museum yang inklusif, terbuka untuk semua kalangan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas.
Mewujudkan nilai tersebut, diluncurkan buku braile dan buku suara (audiobook) 'The Bandung Connection', serta video Museum untuk Semua: Empat Dekade Museum KAA, Rabu 28 April, di Ruang Utama Gedung Merdeka-Museum KAA, Bandung, Jawa Barat.
Melansir situs resmi Kementerian Luar Negeri, ini merupakan kali pertama sejarah Konferensi Asia Afrika diproduksi dalam edisi buku braille dan buku suara.
Pemilihan buku 'The Bandung Connection' sebagai edisi perdana buku sejarah KAA dalam format buku braille dan buku suara, dikarenakan buku ini ditulis oleh pelaku sejarah KAA, Roeslan Abdulgani yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi Asia Afrika.
Langkah mewujudkan museum inklusif bagi penyandang disabilitas ini, sejalan dengan amanat UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities.
Selain itu, aksesibilitas museum untuk penyandang disabilitas di museum ini terus dilengkapi. Seperti Braille Corner di Perpustakaan Museum KAA, serta berbagai koleksi buku audio dan koleksi buku braille.
Tak ketinggalan, museum ini juga membekali para edukatornya dengan kemampuan pelayanan bimbingan edukasi yang ramah disabilitas. Serta, program edukasi bagi penyandang disabilitas yang dijalankan oleh Sahabat Museum KAA.
BACA JUGA:
Rencananya, buku braille dan buku suara 'The Bandung Connection' akan digandakan dan disumbangkan kepada BLBI Abiyoso dan Yayasan Mata Hati Indonesia, untuk disalurkan kepada penyandang disabilitas yang membutuhkan. Sekaligus mendukung pelestarian nilai-nilai KAA di kalangan penyandang disabilitas.