Bagikan:

JAKARTA - Bagi masyarakat yang tumbuh pada medio 90-an pasti cukup kenal dengan merek sepatu Bata. Namun, tahu kah brand ini sejatinya merupakan produk asing yang telah lama berkecimpung dalam industri alas kaki di Indonesia.

Mengutip laman Wikipedia, Bata merupakan entitas usaha yang didirikan dua bersaudara asal Cekoslowakia bernama Tomáš, Anna dan Antonín Bata pada 1894.  Perusahaan sepatu milik keluarga ini mengoperasikan empat unit bisnis internasional yang masing-masing terpusat di Eropa, Asia Pasifik-Afrika, Amerika Latin, dan Amerika Utara.

Produk perusahaan ini hadir di lebih dari 50 negara dan memiliki fasilitas produksi di 26 negara. Bata mengklaim bahwa telah berhasil menjual sebanyak 14 miliar pasang sepatu hingga hari ini.

Di Indonesia sendiri, penjualan dikuasakan pada PT Sepatu Bata Tbk. sebagai perwakilan di dalam negeri. Dalam sebuah informasi disebutkan jika Bata telah memulai aktivitas perdagangan di nusantara sejak 1931, atau ketika masa Kolonial Belanda.

Dalam perjalanannya, sebelum periode 1978 status Bata di Indonesia adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA), sehingga dilarang menjual langsung ke pasar. Bata kemudian menjual melalui para penyalur khusus dengan sistem konsinyasi.

Langkah ekspansi perseroan menjadi lebih leluasa ketika pada pada 1 Januari 1978 saat izin dagang Bata berubah menjadi perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Sejarah modern Bata di Indonesia terjadi pada 24 Maret 1982. Saat itu, perseroan mengambil langkah strategis dengan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme initial public offering (IPO). Bata tercatat melepas 1,2 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000 persaham.

Kemudian, pada 1984 perusahaan mengeluarkan 1,92 juta saham bonus kepada para pemegang saham Perusahaan, sehingga saham yang ditempatkan dan disetor meningkat dari 8 juta lembar saham menjadi 9,92 juta saham.

Lalu, pada 1986 emiten dengan kode saham BATA itu kembali melakukan aksi korporasi dengan merilis 3,08 juta saham bonus kepada shareholders sehingga meningkat menjadi 13 juta lembar saham.

Di masa pandemi, kinerja BATA terkoreksi cukup dalam. Berdasarkan laporan keuangan yang diungkap perseroan disebutkan bahwa hingga semester I 2020 penjualan bersih perusahaan tercatat Rp230,9 miliar atau anjlok 53,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Raihan kurang memuaskan itu disebabkan oleh penjualan domestik dan ekspor yang cukup tertekan.

Alhasil, laba kotor BATA disebutkan hanya Rp56,06 miliar, jauh menurun dari laba kotor semester I/2019 yang sebesar Rp236,4 miliar.

Hari ini, perusahaan memproduksi berbagai macam alas kaki termasuk sepatu kulit dan sandal kanvas, sepatu olahraga kasual, sandal cetakan injeksi, dan sandal. Merek berlisensi perusahaan, di samping merek utama, antara lain North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner.

Selain merek-merek tersebut, BATA juga membuka Bata Industrials untuk keperluan business to business market.