Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, penutupan pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat, merupakan upaya perusahaan untuk transformasi bisnis.

"Dia (PT Sepatu Bata Tbk) boleh saya sampaikan sedang melakukan upaya transformasi bisnis dan mereka menyesuaikan kegiatan bisnisnya untuk lebih efisien," ujar Menperin Agus dalam keterangan resminya, Selasa, 7 Mei

Agus pun menyebut, pihak Bata telah menjual aset-asetnya agar perusahaan itu kembali efisien.

"Termasuk yang kami ketahui bersama mereka sudah menjual aset. Itu dalam rangka untuk menjadikan perusahaan itu kembali sehat dan efisien," imbuhnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, pihaknya bakal memanggil manajamen PT Sepatu Bata Tbk (BATA) guna meminta penjelasan terkait penutupan pabrik di Purwakarta, Jawa Barat.

"Kami akan panggil industri alas kaki Bata dalam waktu dekat," ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif saat ditemui wartawan di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin, 6 Mei.

Febri mengatakan, dalam pemanggilan tersebut, pihaknya bakal menyarankan agar pabrik Bata kembali diperkuat.

Dia menilai, kebijakan larangan terbatas (lartas) impor lewat Permendag Nomor 3 Tahun 2024 Tentang Perubahan Atas Permendag Nomor 36 Tahun 2023 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor tidak mengganggu bisnis industri alas kaki.

"Kami sarankan perkuat lagi pabriknya di Indonesia. Kebijakan lartas itu untuk mendorong invetasi di sektor industri alas kaki yang kena lartas itu masuk. Bangun pabrik di Indonesia, karena produk (sepatu impor), kan, dikendalikan," katanya.

Dari segi produk, Febri menilai komposisi sepatu merek Bata sebagian besar berada di sektor ritel dan diisi produk impor.

"Manufaktur Bata sendiri hanya sebagian kecil yang memproduksi sepatu. Itu pun bahan bakunya berasal dari impor," ucap dia.

Adapun PT Sepatu Bata (BATA) resmi menutup operasional pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024.

Corporate Secretary Sepatu Bata Hatta Tutuko menyebut, perusahaan menutup operasional karena merugi di tengah menurunnya permintaan.

"Dengan adanya keputusan ini, maka perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," katanya seperti dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 6 Mei.