JAKARTA - Malaysia harus berterima kasih kepada bangsa Indonesia soal lagu kebangsaan mereka. Lagu kebangsaan Malaysia, Negaraku merupakan ciptaan anak bangsa Indonesia.
Pernah ada suatu perdebatan antara lirik lagu Terang Bulan, yang melodinya sama persis dengan lagu kebangsaan Malaysia, Negaraku.
Lagu itu diciptakan Saiful Bahri, mantan pimpinan Orkes Studio Jakarta (milik RRI). Keluarga Saiful Bahri (alm) meyakini, lagu tersebut salah satu dari ribuan lagu ciptaan Saiful.
Muasal lagu kebangsaan Malaysia mirip dengan Terang Bulan
Ya, nyanyian national anthem mereka merupakan Negaraku, yaitu warisan nyanyian orisinil berjudul Terang Bulan karya komposer Saiful Bahri.
Keturunan waris pencipta nyanyian Terang Bulan, Aden Bahri, mengucapkan saat itu Presiden Soekarno minta ayahnya, Saiful Bahri untuk menyerahkan nyanyian Terang Bulan untuk Malaysia.
Hal itu, lanjutnya, dikuatkan oleh keterangan seorang saksi kejadian itu yang juga ternyata sahabat satu grup ayahnya di Orkes Studio Djakarta, Soebroto. "Presiden Soekarno meminta penyerahan lagu itu pada awal 1960-an," kata Aden Bahri di Solo, Jateng, seperti yang dikutip VOI dari Antara.
"Pak Broto yang berada di lokasi kejadian saat itu mengakui hal yang sama," katanya.
Wawancara Aden Bahri pada tahun 2009 lalu itu sebelumnya pernah meminta pihak Indonesia untuk melayangkan tuntutan terhadap Negeri Jiran terkait lagu kebangsaan Malaysia.
Mengenai tuntutan pihak keluarga Saiful Bahri, ia mengatakan pihak keluarga minta pemerintah Indonesia untuk menolong keluarga dalam melindungi nyanyian Terang Bulan, yang juga menjadi salah satu aset kebudayaan Indonesia.
"Pemerintah harus lebih tegas dan bersikap lebih keras dalam melindungi seluruh aset budaya Indonesia, termasuk lagu yang diciptakan ayah saya," kata Aden Bahri yang sekarang tinggal di Jakarta.
Sementara itu, eks member Orkes Studio Djakarta, Soebroto mengatakan, Presiden Soekarno minta Saiful Bahri untuk menyerahkan nyanyian Terang Bulan antara 1961 sampai 1962, "Seingat saya saat itu adalah perayaan HUT Republik Indonesia."
Dia mengatakan, kalimat yang diucapkan Soekarno ketika itu, "Ful, kasih saja lagu itu ke Malaysia. Mereka belum punya lagu kebangsaan,".
"Saat itu yang menjadi saksi tidak hanya saya, tetapi banyak. Dr. Johannes Leimena menjadi saksi yang masih saya ingat," katanya.
Namun, ia sudah tak lagi mengingat siapa lagi yang menjadi saksi kejadian pada saat itu.
"Yang jelas, pesan Soekarno sangat jelas terdengar karena saya hanya berjarak sepuluh meter dari pembicaraan antara Soekarno dan Saiful Bahri," kata Soebroto.
Pernyataan yang dijelaskan oleh Soebroto itu dieraini belum bisa dijelaskan kebenarannya dan dihadapkan dengan catatan sejarah yang menampakkan bahwa kemerdekaan Malaysia terjadi pada 31 Agustus 1957.
Merespon pengakuan itu, Kepala Lokananta, Ruktiningsih mengatakan, perusahaan rekaman Lokananta menyerahkan rekaman nyanyian Terang Bulan yang telah digandakan.
"Kami berharap rekaman lagu tersebut dapat dipergunakan oleh Aden untuk mengurus hak-haknya sesuai dengan pengakuannya sebagai ahli waris pencipta lagu tersebut," katanya.
Dia mengatakan, hingga saat ini Lokananta yang menjadi perusahaan yang merekam dan menggandakan lagu Terang Bulan tidak memiliki catatan mengenai pencipta lagu tersebut.
"Jika pengakuan pihak ahli waris terbukti, kami akan mencatat nama Saiful Bahri ke dalam data pencipta lagu yang ada di perusahaan ini," kata Ruktiningsih.
Jadi Lagu Daerah
Di kala Pertikaian Indonesia-Malaysia pecah pada 1963, muncullah sentimen kemiripan ritme nyanyian kebangsaan Negaraku dan Terang Bulan. Sukarno bahkan tidak lagi mensupport lagu kebangsaan Malaysia itu. Perubahan sikap Sukarno itu ternyata didasari kekecewaannya terhadap Tun Abdul Rahman yang berdiplomasi dengan Inggris untuk menggabungkan Sabah dan Serawak ke dalam Malaysia pada 1961.
Tindakan Sukarno itu mendapat dukungan penuh dari PKI. Melalui Harian Rakyat, PKI menyebut negara Malaysia sebagai proyek Neokolonialisme. Sukarno makin berang kala Pemerintah Malaysia memberi suaka kepada pelarian pendukung PRRI/Permesta.
Gara-gara itu, kedua negara bahkan saling lempar tuduhan. Buku Kertas Putih Kerajaan Malaysia (1963) yang dibentuk Jabatan Penerangan Malaysia menyebut Soekarno menuduh Malaysia sebagai pendukung para pemberontak yang membantah Jakarta. Sementara itu, Tun Abdul Rahman mencurigai Sukarno berkeinginan memperluas dampak Komunisme ke negara-negara Asia Tenggara.
Selama Perlawanan Indonesia-Malaysia berlangsung, orang Malaysia menolak pendapat bahwa nyanyian Terang Bulan berasal dari Indonesia. Sementara Indonesia menciptakan lagu itu sebagai salah satu lagu Daerah dan “aset nasional."
Semenjak 1956, RRI Jakarta sudah merekam Terang Bulan bersama sekumpulan lagu daerah. Hasil rekaman itu lalu didokumentasi ulang oleh Perum Percetakan Negara Lokananta Cabang Surakarta pada 1965. Tidak cuma itu, Lokananta juga memindahkan medium perekamannya ke piringan hitam.
Pada tahun 1965, oleh Lokananta, kumpulan lagu itu dipindahkan ke piringan hitam dan menjadi aset negara. Dari arsip yang dimiliki Lokananta, lagu "Terang Bulan" ditulis sebagai lagu hiburan rakyat populer. Nyanyian ini berirama keroncong dan berdurasi 11 menit 15 detik.
*Selain lagu kebangsaan Malaysia ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!