JAKARTA - Insiden kurang menyenangkan dialami timnas basket Indonesia menjelang pertemuan dengan Lebanon di babak kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023 pada Sabtu pekan lalu. Lagu kebangsaan Indonesia Raya tidak diputar secara tuntas.
Dalam peristiwa tersebut, lagu ciptaan WR Soepratman itu diputar hanya sampai ‘marilah kita berseru, Indonesia bersatu’. Pihak manajemen dan pemain pun langsung merespons dengan saling pandang karena bingung. Mereka kecewa.
Kendati terdengar bukan masalah besar, momen seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi dan bisa diantisipasi pihak penyelenggara. Sebab, lagu kebangsaan merupakan salah satu implemetasi harga diri bangsa yang harus diperlakukan dengan baik.
Insiden seperti itu bukan kali ini saja dialami Indonesia. Di tahun-tahun sebelumnya dalam agenda olahraga lainnya juga sempat terjadi insiden serupa. Bukan soal pemutaran lagu kebangsaan, melainkan salah penulisan nama negara, salah putar lagu kebangsaan hingga salah cetak bendera.
Di tahun 2017 saat SEA Games ke-29 di Malaysia, terjadi insiden salah cetak bendera Indonesia. Saat itu Malaysia selaku tuan rumah keliru mencetak bendera Indonesia dalam buku panduan yang menjadi suvenir di acara upacara pembuka, padahal buku itu bakal dibagikan pada seluruh undangan yang hadir.
Pada halaman 80 buku panduan tersebut, bendera Indonesia dicantumkan terbalik: Putih-Merah. Ya, padahal semua orang tahu warna tersebut adalah bendera Polandia.
Masih dari event yang sama, Malaysia kembali melakukan kekelirun. Kali ini saat menampilkan bendera negara peserta SEA Games 2017 dalam kedudukan peringkat dan perolehan medali.
Dalam infografis yang ditampilkan saat itu, bendera delapan negara peserta saling tertukar satu sama lain salah satunya bendera Indonesia.
Bergeser ke tahun 2019, insiden semacam ini kembali dirasakan oleh Indonesia tepatnya di ajang SEA Games di Manila. Kala itu terjadi kesalahan menampilkan bendera dan nama timnas Indonesia.
Momen kurang menyenangkan pertama terjadi ketika pertandingan bola lantai yang mempertemukan timnas Indonesia melawan Filipina pada 26 Nov 2019. Saat itu, panitia bukannya menampilkan bendera Indonesia tapi malah bendera Thailand.
Selain kesalahan bendera, pihak penyelenggara SEA Games 2019 Manila juga salah menuliskan kode negara Indonesia. Mereka seharusnya menulis kode INA untuk Indonesia tapi malah ditulis menjadi IDN.
Sebenarnya kode IDN memang digunakan oleh federas sepak bola dunia yakni FIFA untuk menyebut Indonesia. Tapi dalam cabang olahraga lain, penulisan kode Indonesia adalah INA karena merujuk pada peraturan International Organization for Standardization (ISO) dan International Olympic Committee.
Bukan cuma itu, di tahun 2021 Indonesia kembali mendapat insiden kurang menyenangkan. Tepatnya saat laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G pada 11 Juni.
Ketika itu Indonesia dijadwalkan menghadapi Uni Emirat Arab. Sebelum laga dimulai pihak penyelenggara memutarkan lagu kebangsaan. Sayangnya, bukan lagu kebangsaan Indonesia yang diputar malah lagu kebangsaan Malaysia.
Semoga saja hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi.