JAKARTA - Raksasa teknologi Tiongkok, Tencent Holdings meningkatkan pertaruhan dalam persaingan global untuk pasar layanan cloud yang tengah berkembang di Asia. Tencent dikabarkan akan membuka dua pusat data di Indonesia pada akhir tahun ini.
Selain Indonesia, Wakil Presiden Senior Tencent Cloud International Poshu Yeung mengatakan sebagian besar pusat data akan dibangun di negara Asia lain, seperti Korea Selatan, Thailand, dan beberapa negara Timur Tengah.
Dilansir dari Nikkei Asia, Yeung menyebut ini jadi bagian dari otak-atik rencana besar Tencent mengoperasikan 20 pusat data di luar China. Batch pertama rencananya akan diluncurkan di Eropa dan AS.
Namun, seiring meningkatkan ketegangan antara China dan negara-negara Barat Tencent memutuskan menambah 30 persen hingga 50 persen lebih banyak pusat data akhir tahun ini, yang kebanyakan di wilayah Asia.
Yeung mengatakan selama pandemi COVID-19, Asia telah mengalami pertumbuhan pesat dalam kegiatan berinternet, dalam hal konferensi video, e-commerce, pendidikan online, gim, hingga streaming.
Untuk menjawab itu, perusahaan teknologi besar lain, seperti Facebook, Amazon, Microsoft, Google Alphabet, hingga Alibaba Group berlomba membangun pusat data untuk memonetisasi peluang di dunia digital.
Menurut konsultan properti, CBRE, investasi di pusat data di Asia Pasifik meningkat empat kali lipat menjadi 2,2 miliar dolar AS. Angka itu jauh lebih besar dari yang tercatat pada 2019.
Indonesia lapangan paling hijau
Di antara banyaknya negara Asia, Indonesia adalah salah satu lapangan dengan rumput paling hijau. Google, Microsoft, Facebook, dan Amazon telah lebih dulu mengumumkan rencana membangun pusat data pertama mereka di Indonesia.
Sementara, Alibaba Group telah membuka dua pusat data di Indonesia. Mereka kini merencanakan yang ketiga. Kemilau itu tak lepas dari fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar nomor empat di dunia, dengan 270 juta penduduk.
"Saya pikir Indonesia sebenarnya adalah salah satu pasar bisnis cloud dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara," kata Yeung.
"Ini adalah pertama kalinya kami meluncurkan dua pusat data di tahun yang sama di pasar yang sama. Ini menunjukkan seberapa besar komitmen kami dan seberapa besar kami menghargai pasar lokal."
Kembali ke Tencent. Pusat data baru yang akan mereka bangun di Jakarta nantinya akan mendukung berbagai industri, termasuk hiburan, gim, layanan keuangan, e-commerce, hingga pendidikan.
Pusat data jadi instrumen penting membantu mengakselarasi pemrosesan data. Bagi kota yang dikenal sebagai pusat bisnis, keberadaan pusat data akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan membuat layanan lebih kompetitif ketimbang mereka harus menggunakan fasilitas cloud di luar negeri.
"Dengan mendirikan pusat data kami, kehadiran kami akan membantu kami mendapatkan lebih banyak bisnis lokal," kata Yeung.
Tencent sebagai pemain besar cloud
Tencent adalah pemain nomor empat di pasar cloud Asia Pasifik. Pada 2019, perusahaan riset, Gartner mendata, di atas Tencent, ada Alibaba, Amazon, dan Microsoft.
Di Indonesia, telah mengunci beberapa perusahaan, termasuk Bank Neo Commerce yang berbasis di Jakarta. Mereka dipastikan menggunakan layanan cloud Tencent untuk mendukung layanan perbankan digital.
Yeung antusias dengan kerja sama itu. Ia percaya teknologi keuangan adalah potensi besar di Asia Tenggara. Ya, meski Yeung juga menegaskan Tencent tak berencana menjalankan layanan perbankan digital mereka sendiri.
Perusahaan yang berbasis di Shenzen juga dikabarkan telah berbicara dengan pemerintah Indonesia. Mereka menyatakan siap mendukung pelayanan publik dari sisi layanan data.
*Baca Informasi lain soal BISNIS atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.