JAKARTA - Prospek usaha di bulan Ramadan masih terbuka lebar meski dihantui pandemi COVID-19 dua kali. Apalagi untuk kategori usaha daring. Pertanyaannya, bidang bisnis apa yang prospeknya masih cerah? Kami akan menjawabnya dengan merujuk berbagai survei.
Tren konsumsi masyarakat Indonesia berangsur optimis seiring pemulihan ekonomi pasca COVID-19. Namun seperti dicatat lembaga survei McKinsey (2020)menurunnya pendapatan dan tabungan dari 60 konsumen Indonesia melahirkan kebiasaan baru dalam mengatur keuangannya.
Masyarakat Indonesia mulai mengadopsi kebiasaan baru untuk menghemat uang dan membelanjakan barang kepada brand yang lebih murah. "Sembilan dari sepuluh orang Indonesia telah mencoba perilaku belanja baru, dan sebagian besar berniat untuk melanjutkan kebiasaan tersebut bila COVID-19 telah berlalu. Alasannya demi nilai dan kenyamanan untuk mencoba tempat baru untuk berbelanja," tertulis.
Soal kebiasaan berbelanja, salah satu yang trennya terus meningkat adalah belanja online. Pada Ramadan tahun lalu misalnya, penggunaan data internet melonjak sebesar 24,93 persen. Dan 82 persen aktivitasnya didominasi dengan berbelanja.
Lebih detail lagi Jakpat Survey (2020) menjelaskan pada Ramadan tahun lalu, tren belanja online mulai meningkat 9 persen pada minggu ketiga. Sementara waktu berbelanja paling "impulsif" adalah pada jam 4-10 pagi hari setelah sahur. Pertanyaannya, jenis usaha apa yang paling prospektif?
Untuk menjawab hal itu kita bisa mengacu data lembaga riset SurveySensum yang menggelar survei tahun lalu. Penelitian itu digelar selama tiga periode dari 20 Maret hingga 20 April 2020. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 1.500 orang yang berasal dari kelas ekonomi menengah atas. Lalu apa ide usaha yang paling prospektif?
Produk kesehatan
Menurut survei tersebut, pada Ramadan tahun lalu, konsumsi terhadap produk kesehatan meningkat signifikan. Yang paling tinggi adalah konsumsi suplemen makanan dan vitamin sebesar 41 persen. Hal ini tentu menjadi prospek bisnis yang cukup besar bila melihat data dari survei tersebut.
Prospek usaha lain yang tak kalah besarnya adalah ceruk bisnis minuman sehat. Ramadan tahun lalu konsumsi minuman sehat meningkat sebesar 39 persen.
Selanjutnya yang bisa dijadikan prospek usaha adalah sayuran dan buah-buahan. Masing-masing dari kedua kategori itu konsumsinya meningkat sebesar 26 persen dan 10 persen tahun lalu.
Barang Islami
Di tengah pandemi COVID-19 yang harus kita maklumi adalah menukiknya tingkat konsumsi masyarakat sebab terkena dampak dari pengurangan pendapatan maupun terkena PHK. Namun ternyata menurut riset SurveySensum masih ada beberapa produk yang masih diprioritaskan konsumen di bulan Ramadan.
Produk itu yakni barang peralatan Islami. Kategori ini menjadi komoditas yang paling diusahakan untuk tetap dibeli pada bulan puasa 2020 sebesar 46 persen responden.
Dari data tersebut tentu kita bisa memanfaatkan ceruk dengan berjualan barang seperti baju koko, sarung, peci, dan barang Islami lainnya.
Fesyen
Selain barang-barang berbau Islami, komoditas nomor dua yang masih tetap diusahakan untuk dibeli adalah produk fesyen. Sebanyak 43 persen responden tetap ingin membelanjakan uangnya untuk membeli produk tersebut.
Fesyen memang hampir selalu menempati urutan satu prospek usaha yang paling diminati. Dalam Jakpat Survey 2020 misalnya, kategori pakaian menempati urutan tertinggi sebesar 63 persen.
Sepatu
Prospek usaha lain yang tak kalah menjanjikan adalah produk sepatu. Sebab, minat masyarakat untuk membeli produk ini masih tidak surut meski ancaman ekonomi akibat pandemi tetap menghantui. Tercatat sebanyak 30 persen responden masih tetap berminat untuk membeli sepatu pada Ramadan 2020.
Seiring meluasnya penetrasi budaya pop, bisnis sepatu khususnya sneaker adalah lini bisnis yang menjanjikan untuk dilakoni. Hal ini terlihat dari tren produsen sneaker lokal yang terus menggeliat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tentu menadi sinyal positif untuk meramaikan industri sneaker lokal yang selama ini didominasi oleh brand asing.
Membuat kelas daring
Selain makanan dan barang, bisnis yang menawarkan jasa juga tak kalah menjanjikan. Sebab menurut survei SurveySensum, salah satu aktivitas digital yang meningkat selama Ramadan 2020 adalah langganan kursus online atau e-learning.
Hal ini tentu bisa menjadi ceruk bisnis yang besar dengan menargetkannya kepada orang dengan tingkat ekonomi menengah atas. Hal ini terjadi seiring meningkatnya minat mempelajari kemampuan baru selama Pandemi COVID-19. Beberapa waktu lalu tak sedikit orang yang mempelajari kemampuan baru seperti belajar bahasa pemrograman, kursus bahasa, hingga bermain musik.