JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Mahdalena minta maskapai penerbangan yang terlibat dalam pelaksanaan haji memerinci biaya operasional. Transparansi ini dibutuhkan untuk menentukan besaran biaya yang harus dibayarkan.
"Jangan hanya kucing-kucingan saja dengan Kemenag seakan-akan kami ini tidak ada. Kami butuh data tersebut sehingga kami tahu gambaran biayanya," kata Mahdalena dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 4 Januari.
Mahdalena juga menyoroti keikutsertaan Lion Air dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Dia menyambut positif dengan harapan maskapai penerbangan ini bisa mengurangi potensi delay atau penundaan yang jadi masalah dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Adapun keberangkatan maupun kepulangan jamaah haji Indonesia tadinya hanya difasilitasi dua maskapai, yakni Garuda Indonesia dan Saudi Airlines.
"Kita berharap dengan penambahan armada dari Lion Air potensi delay bisa kita tekan," tegasnya.
Legislator ini yakin Lion Air mampu memberikan layanan berkualitas kepada jamaah dan petugas haji Indonesia. Apalagi selama ini Lion Air selama ini pernah digunakan untuk melayani jamaah haji dari Asia, Eropa, dan Afrika.
Selain itu, Lion Air sejak tahun 2009 kerap melayani masyarakat Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah. Tapi, di sisi lain, dia mengingatkan maskapai ini bisa memberikan harga yang kompetitif.
"Kalau harga yang ditawarkan lebih tinggi dari Garuda dan Saudi Airlines, ya, bisa tidak dipakai lagi," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah Indonesia melibatkan Lion Air untuk melayani penerbangan ibadah haji 2025. Ini merupakan kali pertama maskapai berlambang singa itu ikut karena sejak 2009 hanya melayani perjalanan umrah.
BACA JUGA:
Untuk menyukseskan penerbangan ibadah haji, Lion Air menyiapkan 10 pesawat dan 3 pesawat cadangan. Direktur Operasional Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro Adi memastikan pihaknya siap melaksanakan tugas baru ini.
“Untuk kesiapan pesawat untuk masing-masing embarkasi dan debarkasi dengan rincian rencana operasional, kami siap 100 persen dengan total pesawat yang kami siapkan adalah 10 pesawat, dan sejumlah kru,” katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VIII DPR RI, dikutip Jumat, 3 Januari.
Daniel juga bilang seluruh pesawat yang dipersiapkan untuk angkutan penerbangan haji 2025 ini usianya tidak lebih dari 10 tahun.
Selain itu, sambung dia, seluruh pesawat yang akan digunakan untuk penerbangan haji juga sedang dilakukan perawatan di fasilitas perawatan pesawat atau Maintenance, Repair, Overhaul (MRO) milik Lion Air Group di Batam, Kepulauan Riau.
“Paling tua usia pesawatnya tahun 2014, jadi baru 10 tahun. Yang lainnya bahkan ada yang masih usianya 2 tahun. Dan kami ini semua tidak menyewa, kami memiliki pesawat sendiri. Pun kami menyiapkan 3 pesawat untuk backup,” ujar Daniel.