Bagikan:

JAKARTA - Pimpinan Komisi VIII DPR meminta PT Garuda Indonesia menurunkan biaya penerbangan keberangkatan jemah haji Rp1 hingga Rp2 juta untuk menekan kenaikan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2023.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily menilai biaya penerbangan jemaah haji sebesar Rp33,4 juta yang diusulkan Kementerian Agama (Kemenag) masih memberatkan jemaah.

"Tentu dari Rp33,4 juta biaya penerbangan ini, kami tetap meminta kepada pihak Garuda untuk menurunkan kembali. Kami menargetkan setidaknya ada penurunan ya Rp1 atau Rp2 juta, sehingga itu bisa mengurangi biaya haji tahun ini," ujar Ace di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 9 Februari.

Ace mengatakan, biaya haji tahun ini tidak boleh berbeda jauh dengan tahun sebelumnya, di mana tahun 2022 ongkos haji bekisar Rp39,8 juta. Sehingga menurutnya, jemaah tidak merasa terbebani oleh biaya haji.

"Setidaknya bila mengacu tahun lalu, biaya penerbangan itu sebesar Rp29,5 juta. Kita harapkan pada tahun ini juga tidak mengalami kenaikan setajam yang diusulkan tahun ini," jelas Legislator Golkar dapil Jawa Barat itu.

Selain itu meminta biaya penerbangan turun, Ace mengaku, saat ini pihaknya terus menyisir komponen biaya haji lainnya. Seperti biaya hotel dan katering makanan dengan tidak menurunkan kualitas pelayanan.

"Yang sedang kita pikirkan selama ini sesungguhnya adalah yang dilakukan Komisi VIII adalah, pertama, kita sisir semua komponen biaya haji baik pelayanan di dalam maupun luar negeri. Hingga saat ini kami terus melakukan penyisiran terhadap komponen biaya pemondokan atau hotel di Arab Saudi dan juga biaya katering atau konsumsi selama di Arab Saudi dengan tetap tidak mengurangi kualitas layanan kepada para jemaah," kata Ace.

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia mengusulkan biaya maskapai penerbangan ibadah haji sebesar Rp33,4 juta saat rapat bersama Komisi VIII DPR RI hari ini di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 9 Februari.

Usulan biaya tersebut turun sekitar Rp500 ribu dari usulan Kementerian Agama (Kemenag) sebesar Rp33,9 juta. Namun, usulan ini baru sekedar asumsi.

"Jadi dengan asumsi-asumsi tadi, yang saat ini masih terbatas, kita hitung direct dan indirect-nya, cost-nya, total cost sekitar Rp 31.431.353, airport building charge Rp 1.191.253, dan grand total cost Rp 32.622.606, kita hitung kalau margin tahun lalu 2,5 margin, jadi sekitar Rp 33.438.171," kata Direktur Layanan dan Niaga PT Garuda Indonesia Ade R Susar.