Rumah Panggung Kampung Melayu Dikritik, Anak Buah Anies: Kritik Bagus Buat Kita
Rumah model panggung di Kampung Melayu (Foto: Diah Ayu/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar menanggapi adanya kritikan mengenai pembangunan rumah panggung di kawasan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.

Anwar mengaku menerima anggapan miring perihal pembangunan rumah yang ditujukan untuk meminimalisasi dampak banjir tersebut. 

“Saya kira, kritikan kan sehat, bagus buat kita. Kita enggak bisa menanggapi dengan kontra itu. Kita anggap itu kebaikan," kata Anwar kepada wartawan, Rabu, 7 April.

Lagipula, kata Anwar, memang banyak program Pemprov DKI sejak dulu yang awalnya menuai kritik. Namun, setelahnya akan mendulang apresiasi seperti pembangunan jalur busway untuk Transjakarta.

“Nanti setelah berjalan, baru dilihat. Dulu, pas busway ramai (dikritik). Ternyata setelah jalan, warga menikmati. Sambil berjalan kita evaluasi sampai betul-betul sempurna,” ujar dia.

Pemprov DKI merenovasi sekitar 40 rumah warga di Kampung Melayu, Jakarta Timur, dengan konsep rumah panggung. Sejumlah rumah itu berada di RT 13 RW 04, RT 11 RW 05 dan RT 06 RW 05. Bagian bawahnya dibuat setinggi 3,5 meter.

Rumah yang direnovasi merupakan daerah rawan banjir. Renovasi dengan konsep rumah panggung sengaja dibuat untuk mengatasi persoalan banjir di permukiman warga Kebon Pala.

Sementara, anggaran pembangunan rumah panggung tersebut bersumber dari dana hibah Baznas (Baziz) DKI. Pembangunan rumah panggung dimulai pada 31 Maret 2021. Ditargetkan, rumah itu rampung sebelum Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah pada Mei mendatang. 

Hal ini dikritik Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono. Gembong menyebut, tak seharusnya Anies melakukan renovasi rumah pada warga Kampung Melayu untuk meminimalisasi dampak banjir.

Sebab, kata Gembong, banjir di Jakarta bukan cuma melanda Kampung Melayu saja. Gembong khawatir nantinya akan ada kecemburuan sosial dari warga yang sering terkena banjir di daerah lain.

"Rumah panggung sudah pasti akan menimbulkan kecemburuan sosial, memang yang banjir cuman Kampung Melayu doang?" ungkap Gembong.

Menurut Gembong, cara terbaik untuk mengentaskan banjir, khususnya di Kampung Melayu, adalah normalisasi Sungai Ciliwung yang saat ini masih mandek.

"Enggak bisa mengatasi banjir sepotong-sepotong, enggak bisa sesuai selera. Normalisasi, tidak ada cara lain, kalau daerah banjir tidak ada cara lain selain normalisasi," kata dia.