Bagikan:

JAKARTA - Pemerintahan Presiden Amerina Serikat Joe Biden mengecam Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir yang memimpin kunjungan ke Kompleks Masjid Al Aqsa pada Hari Selasa dengan beberapa anggota Parlemen Israel, sementara seribuan warga Yahudi melakukan ritual beribadah dan berdoa, melanggar status quo yang mengatur lokasi titik nyala tersebut.

"Kami tentu saja memperhatikan dengan seksama tindakan dan aktivitas yang kami anggap sebagai gangguan terhadap keamanan Israel, kontributor terhadap ketidakamanan dan ketidakstabilan yang lebih besar di wilayah tersebut. Hal itu tentu saja merupakan tindakan yang kita lihat hari ini yang diikuti oleh Ben Gvir," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel, melansir The Times of Israel 14 Agustus.

"Bahkan Kantor Perdana Menteri menegaskan peristiwa pagi ini merupakan penyimpangan dari kebijakan Israel dan penyimpangan dari status quo," tegas Patel.

Sekitar 1.600 warga Yahudi memasuki kawasan Kompleks Masjid Al Aqsa pada Hari Selasa dan melakukan ritual ibadah serta berdoa. Mereka mendapatkan pengawalan dari aparat keamanan Israel. Itu mendapatkan kecaman dari Palestina lantaran melanggar status quo yang disepakati. Ben Gvir termasuk salah satu yang hadir dan berdoa di sana.

Ben Gvir mengatakan saat berada di kawasan tersebut, kebijakannya mengizinkan orang Yahudi berdoa di sana, bertentangan dengan status quo yang mengatur situs suci tersebut.

"Amerika Serikat berdiri teguh untuk mempertahankan status quo yang bersejarah sehubungan dengan situs-situs suci di Yerusalem. Tindakan sepihak seperti ini yang membahayakan status quo tidak dapat diterima," jelas Patel.

"Hal ini mengurangi apa yang kami anggap sebagai waktu yang sangat penting, karena kami sedang berupaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata ini. Hal ini mengurangi tujuan kami untuk wilayah ini, yaitu solusi dua negara," tambahnya.

Temple Mount di Kota Tua Yerusalem adalah tempat tersuci dalam agama Yahudi, sebagai lokasi dari dua kuil di dalam Alkitab. Sementara oleh umat Islam, ini dikenal sebagai Haram al-Sharif atau Tempat Suci yang Mulia, tempat ini adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam.

Di bawah pengaturan "status quo" yang telah berlangsung selama puluhan tahun dengan pihak berwenang Muslim, Israel mengizinkan orang Yahudi untuk berkunjung tetapi tidak boleh berdoa.

Situs ini berada di jantung konflik Israel-Palestina, dan saran agar Israel mengubah aturan tentang ketaatan beragama di sana telah menyebabkan kekerasan di masa lalu.

Sebelum peristiwa kemarin, Ben Gvir sudah beberapa kali mendukung warga Yahudi berdoa di kawasan tersebut. Ia juga beberapa kali mendatanginya, kendati itu selalu menuai kritik dari Palestina dan sejumlah negara.

Sementara, PM Netanyahu juga berulang kali menegaskan, status quo di kawasan tersebut tetap dan tidak berubah.

Diketahui, Yordania telah menjadi penjaga resmi tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem sejak 1924, dan secara terbuka diakui sebagai penjaga tempat-tempat suci Yerusalem.