Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh mengatakan, seruan menteri sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir untuk membangun sinagoga di Kompleks Masjid Al Aqsa sangat berbahaya, menekankan rakyat Palestina tidak akan menerima gangguan apa pun terhadap Al-Aqsa, garis merah yang tidak boleh diganggu sama sekali.

Seruan yang ditolak dan dikecam untuk mengganggu Masjid Al-Aqsa merupakan upaya untuk menyeret wilayah tersebut ke dalam perang agama yang akan membakar semua orang, menekankan wilayah Al-Haram Al-Sharif, yang luasnya 144 dunam (satuan luas tanah era Kesultanan Utsmaniyah), hanya milik umat Islam, melansir WAFA 26 Agustus.

Ia meminta masyarakat internasional, terutama Pemerintah Amerika Serikat, untuk segera mengambil tindakan guna mengekang pemerintah sayap kanan ekstremis dan memaksanya untuk mematuhi status quo hukum dan sejarah di Yerusalem.

Sebelumnya, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengulangi seruan agar orang Yahudi diizinkan untuk berdoa di Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.

"Kebijakan tersebut mengizinkan doa di Temple Mount, ada hukum yang sama antara orang Yahudi dan Muslim, saya akan membangun sinagoge di sana," kata Ben-Gvir seperti dikutip oleh Army Radio dalam sebuah unggahan di X, seperti dikutip dari Reuters.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali posisi resmi Israel, yang menerima aturan lama yang membatasi doa non-Muslim di kompleks masjid, yang dikenal sebagai Temple Mount bagi orang Yahudi, yang menghormatinya sebagai situs dua kuil kuno.

"Tidak ada perubahan pada status quo di Temple Mount," kata tegas kantor PM Netanyahu.

Abu Rudeineh menegaskan, "dukungan politik, militer dan finansial AS adalah pendorong para ekstremis ini untuk melanjutkan agresi terhadap rakyat Palestina, tanah mereka dan kesucian mereka."

Ia menekankan, Negeri Paman Sam memikul tanggung jawab atas perang pemusnahan yang dialami rakyat Palestina di Jalur Gaza, serta pembunuhan, penahanan dan penghancuran di Tepi Barat, termasuk Yerusalem, seraya menambahkan AS harus memaksa sekutunya, Israel, untuk menghentikan agresi, serangan dan aksi terorismenya.

"Menentang status quo di Temple Mount adalah tindakan yang berbahaya, tidak perlu, dan tidak bertanggung jawab. Tindakan Ben-Gvir membahayakan negara Israel dan status internasionalnya," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, yang telah berulang kali berselisih dengan Ben-Gvir.