152 Warga Palestina Terluka dalam Bentrokan dengan Polisi Israel di Masjid Al-Aqsa, Mayoritas Karena Peluru Karet
Ilustrasi polisi Israel di Sheikh Jarrah, Yerusalem. (Wikimedia Commons/דוברות משטרת ישראל)

Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 152 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi anti-huru hara Israel di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem pada Hari Jumat, penanda babak baru peningkatan kekerasan yang menimbulkan kekhawatiran kembalinya bentrokan seperti tahun lalu.

Sebagian besar cedera Palestina disebabkan oleh peluru karet, granat kejut dan pemukulan dengan tongkat polisi, kata Bulan Sabit Merah Palestina, di lokasi paling sensitif dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung beberapa generasi.

Pasukan keamanan Israel telah dalam siaga tinggi, setelah serangkaian serangan jalanan yang mematikan di seluruh negeri selama dua minggu terakhir. Konfrontasi di komplek Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem yang bertembok, menimbulkan risiko bentrokan besar yang lebih luas seperti perang Gaza tahun lalu.

Kompleks Al-Aqsa berada di atas dataran tinggi Kota Tua Yerusalem Timur, yang direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967, dan dikenal oleh umat Islam sebagai al-Haram al-Sharif, atau Tempat Suci, dan bagi orang Yahudi sebagai Kuil Gunung.

Dalam sebuah pernyataan, polisi Israel mengatakan ratusan warga Palestina melemparkan petasan dan batu ke arah pasukan mereka, menuju area salat Yahudi di Tembok Barat di Kota Tua setelah Salat Subuh Ramadhan.

Dikatakan, polisi kemudian memasuki kompleks Al-Aqsa untuk "membubarkan dan mendorong kembali (kerumunan dan) memungkinkan jamaah lainnya, meninggalkan tempat itu dengan aman", menambahkan bahwa tiga petugas terluka dalam bentrokan tersebut.

Polisi menahan ratusan warga Palestina, kata juru bicara Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam sebuah tweet.

"Kami sedang bekerja untuk memulihkan ketenangan, di Temple Mount dan di seluruh Israel. Di samping itu, kami sedang mempersiapkan skenario apa pun dan pasukan keamanan siap untuk tugas apa pun," ujar Bennett, melansir Reuters 16 April.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Palestina, mengacu pada kekerasan di kompleks suci itu, mengatakan pihaknya "menuntut Israel bertanggung jawab penuh dan langsung atas kejahatan ini dan konsekuensinya".

Terpisah, komunitas internasional harus segera turun tangan untuk "menghentikan agresi Israel terhadap masjid Al-Aqsha dan mencegah hal-hal di luar kendali," ujar Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang memerintah daerah-daerah di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Yordania, yang monarki Hashemite-nya adalah penjaga tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem Timur, mengutuk serangan polisi Israel ke kompleks itu sebagai "pelanggaran mencolok".

Israel mengakui peran Hashemite sebagai penjaga Al-Aqsa sebagai bagian dari perjanjian damai kedua negara tahun 1994, dan mempertahankan kontrol keamanan keseluruhan atas situs tersebut.

Adapun Tor Wennesland, utusan khusus PBB untuk perdamaian Timur Tengah, mendesak semua pihak "untuk membantu menenangkan situasi, menghindari penyebaran retorika yang menghasut dan berbicara menentang mereka yang berusaha meningkatkan situasi".

Diketahui, meningkatkan ketegangan tahun ini diduga karena perayaan Paskah Yahudi yang bertepatan dengan Ramadan.

Tahun lalu terjadi bentrokan malam antara warga Palestina dan polisi Israel selama bulan puasa. Ancaman pengungsian warga Palestina di Yerusalem Timur dan serangan polisi di Al-Aqsa, turut memicu perang Israel-Gaza selama 11 hari yang menewaskan lebih dari 250 warga Palestina di Gaza dan 13 orang di Israel.

Sejak bulan lalu, pasukan Israel telah membunuh 29 warga Palestina saat melakukan serangan di Tepi Barat setelah penyerang Palestina membunuh 14 warga Israel dalam serangkaian serangan di kota-kota Israel.

Sementara, Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan juga dihormati oleh orang-orang Yahudi sebagai lokasi dua kuil kuno.