Bagikan:

JAKARTA - Sebuah helikopter tentara Mali menembakkan beberapa roket 'dekat' dengan anggota pasukan penjaga perdamaian PBB dari Inggris di negara itu, sebut Kementerian Pertahanan Inggris dan PBB.

Insiden itu adalah yang pertama dari jenisnya antara Mali, yang didukung oleh pasukan Rusia, dan pasukan penjaga perdamaian PBB, kata seorang sumber PBB kepada AFP, seperti mengutip The National News 13 April.

"Kami mengetahui insiden baru-baru ini di Mali, di mana roket ditembakkan oleh helikopter Angkatan Bersenjata Mali, dekat dengan satu detasemen personel Inggris," kata juru bicara Kementerian Pertahanan.

"Semua personel Inggris aman dan bertanggung jawab, dan keadaan seputar insiden ini sedang diselidiki," sambungnya.

Peristiwa penembakkan itu terjadi di daerah Tessit, dekat kota Gao, sekitar 950 kilometer timur laut ibu kota Bamako.

Menurut dokumen diplomatik yang dilihat AFP, helikopter tentara Mali menembakkan enam roket.Dokumen itu mengatakan, hampir semua helikopter Mali diterbangkan oleh Rusia dengan kopilot Mali.

Pernyataan itu mempertanyakan, apakah beberapa kontingen Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali (Minusma) dapat bertahan jika pasukan Rusia terlibat?

Pekan lalu, Richard Mills, Wakil Duta Besar Amkerika Serikat untuk PBB, mengkritik insiden yang 'tidak dapat diterima' pada 22 Maret, ketika sebuah helikopter Mali "menembakkan roket di dekat pasukan penjaga perdamaian di Mali timur".

pasukan pbb inggris
Pasukan PBB dari Inggris di Mali. (Wikimedia Commons/Ministry of Defence)

Sementara itu, juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Selasa mengatakan, penyelidikan atas peristiwa itu sedang berlangsung.

Terpisah, sebuah tim dari misi penjaga perdamaian PBB di Sudan siap untuk pergi ke Moura di Mali tengah, segera setelah pihak berwenang mengizinkan akses melalui udara ke daerah itu, katanya.

Menurut diplomat lain, paramiliter dari perusahaan Rusia Wagner diduga terlibat dalam insiden ini bersama tentara Mali.

Diketahui, Prancis dan negara-negara barat lainnya mengecam dugaan penggunaan kelompok keamanan swasta Rusia oleh pihak berwenang Mali. Pihak berwenang Mali mengatakan mereka tidak menggunakan tentara bayaran.

Mali adalah pusat pemberontakan yang dimulai di utara pada 2012 dan menyebar tiga tahun kemudian ke negara tetangga Niger dan Burkina Faso. Ribuan orang di seluruh wilayah telah meninggal, dengan sekitar dua juta orang mengungsi.

Serangan telah dilakukan oleh kelompok-kelompok yang mengaku berafiliasi dengan Al Qaeda atau ISIS, tetapi banyak korban sipil juga disebabkan oleh apa yang disebut pasukan pertahanan diri.

Minusma mulai bertugas di negara bagian sub-Sahara itu pada tahun 2013. Misi perdamaian ini memiliki 16.500 personel, sebagian besar tentara, ditambah polisi dan warga sipil, menurut situs webnya.

PBB mengatakan, misi tersebut telah mengalami korban jiwa paling banyak dari semua operasi penjaga perdamaiannya, dengan tindakan permusuhan yang mengakibatkan 159 kematian pada 31 Oktober.

Tentara Mali telah dituduh melakukan pembantaian di pusat kota Moura pada bulan Maret, dengan partisipasi tentara bayaran Wagner.

Adapun Human Rights Watch mengatakan, pasukan Mali dan pejuang asing membunuh 300 warga sipil di Moura, dalam apa yang disebutnya "kekejaman tunggal terburuk yang dilaporkan dalam konflik bersenjata selama satu dekade di Mali".

Mandat Minusma berakhir pada Juni tahun ini. Beberapa negara kontributor sedang meninjau partisipasi pasukan mereka sehubungan dengan perkembangan terakhir di Mali.

Sementara, Uni Eropa pada hari Senin memutuskan untuk menghentikan misi pelatihan militernya di Mali tetapi akan tetap hadir di sub-Sahara.