Bagikan:

JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas mengeluarkan peringatan keras terhadap Zionis Israel untuk tidak melakukan serangan atau apa pun untuk mengubah status quo di Kompleks Masjid Al Aqsa.

Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan, keputusan kabinet rezim Zionis untuk menyerang Masjid Al-Aqsha adalah tindakan berbahaya dan bermain api, yang akan menyebabkan perang agama di wilayah tersebut, melansir IRNA dari Shihab Palestina 28 Agustus.

Tanggung jawab atas semua konsekuensi dari rencana jahat dan berbahaya terhadap kiblat pertama umat Islam ini berada di tangan rezim penjajah dan para pendukungnya, kata pernyataan itu.

Ditegaskan, upaya untuk mengubah realitas Masjid Al-Aqsha tidak akan pernah menghapus fakta sejarah, itu adalah situs Islam dan akan selalu menjadi situs Islam.

Sebelumnya, Menteri Keamanan Nasional Israel yang juga politisi sayap kanan Itamar Ben Gvir mengatakan, pihaknya mengizinkan warga Israel untuk berdoa di Kompleks Masjid Al Aqsa, serta rencana untuk membangun sinagoga.

Usai komentar Ben Gvir, Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali posisi resmi Israel, yang menerima aturan lama yang membatasi doa non-Muslim di kompleks masjid, yang dikenal sebagai Temple Mount bagi orang Yahudi, yang menghormatinya sebagai situs dua kuil kuno.

Terbaru, Pemerintah Israel berencana mendanai wisata bagi para pemukim ilegal di Masjid Al-Aqsa. Hamas menilai keputusan pemerintah tersebut merupakan eskalasi berbahaya yang berisiko memicu perang agama, "yang menjadi tanggung jawab pendudukan dan para pendukungnya," dikutip dari Anadolu.

KAN pada Hari Senin melaporkan, kantor Menteri Warisan Budaya Amichai Eliyahu akan mengalokasikan 2 juta shekel untuk tur berpemandu, yang diharapkan akan dilaksanakan dalam beberapa minggu mendatang.

Diketahui, Temple Mount di Kota Tua Yerusalem adalah tempat tersuci dalam agama Yahudi, sebagai lokasi dari dua kuil di dalam Alkitab. Sementara oleh umat Islam, ini dikenal sebagai Haram al-Sharif atau Tempat Suci yang Mulia, tempat ini adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam.

Berdasarkan perjanjian tahun 1967, non-Muslim, termasuk Yahudi tidak diizinkan memasuki Masjid Al-Aqsa untuk melakukan ritual apapun. Di bawah pengaturan "status quo" yang telah berlangsung selama puluhan tahun dengan pihak berwenang Muslim, Israel mengizinkan orang Yahudi untuk berkunjung tetapi tidak boleh berdoa.

Yordania telah menjadi penjaga resmi tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem sejak 1924, dan secara terbuka diakui sebagai penjaga tempat-tempat suci Yerusalem.

Situs ini berada di jantung konflik Israel-Palestina, dan saran agar Israel mengubah aturan tentang ketaatan beragama di sana telah menyebabkan kekerasan di masa lalu.