Bagikan:

JAKARTA - Arab Saudi mengecam rencana pembangunan sinagoga di Kompleks Masjid Al Aqsa yang disuarakan oleh Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi itu menegaskan penolakan terhadap rencana tersebut, kendati tidak menyebutkan nama Ben Gvir, namuan memakai "seorang menteri dalam pemerintahan pendudukan Israel."

"Kerajaan menegaskan penolakan tegasnya terhadap pernyataan ekstremis dan menghasut ini dan penolakannya terhadap provokasi yang sedang berlangsung terhadap perasaan umat Islam di seluruh dunia," kata pernyataan itu, melansir The Times of Israel 27 Agustus.

Pernyataan itu juga menekankan perlunya penghormatan terhadap status quo dan hukum yang berlaku Kompleks Masjid Al Aqsa.

"Kerajaan menekankan perlunya menghormati status quo historis dan hukum di Masjid Al-Aqsa, memperbarui seruannya kepada masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya dalam mengakhiri bencana kemanusiaan yang dialami oleh saudara-saudara Palestina dan mengaktifkan mekanisme serius untuk meminta pertanggungjawaban pejabat Israel atas pelanggaran hukum, norma, dan resolusi internasional yang sedang berlangsung," urai pernyataan itu.

Sebelumnya, juru bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh mengatakan, seruan menteri sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir untuk membangun sinagoga di Kompleks Masjid Al Aqsa sangat berbahaya, menekankan rakyat Palestina tidak akan menerima gangguan apa pun terhadap Al-Aqsa, garis merah yang tidak boleh diganggu sama sekali.

Seruan yang ditolak dan dikecam untuk mengganggu Masjid Al-Aqsa merupakan upaya untuk menyeret wilayah tersebut ke dalam perang agama yang akan membakar semua orang, menekankan wilayah Al-Haram Al-Sharif, yang luasnya 144 dunam (satuan luas tanah era Kesultanan Utsmaniyah), hanya milik umat Islam, melansir WAFA

Itu merupakan respons usai Ben Gvir mengulangi seruan agar orang Yahudi diizinkan untuk berdoa di Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.

"Kebijakan tersebut mengizinkan doa di Temple Mount, ada hukum yang sama antara orang Yahudi dan Muslim, saya akan membangun sinagoge di sana," kata Ben-Gvir seperti dikutip oleh Army Radio dalam sebuah unggahan di X, seperti dikutip dari Reuters.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali posisi resmi Israel, yang menerima aturan lama yang membatasi doa non-Muslim di kompleks masjid, yang dikenal sebagai Temple Mount bagi orang Yahudi, yang menghormatinya sebagai situs dua kuil kuno.

"Tidak ada perubahan pada status quo di Temple Mount," kata tegas kantor PM Netanyahu.

Temple Mount di Kota Tua Yerusalem adalah tempat tersuci dalam agama Yahudi, sebagai lokasi dari dua kuil di dalam Alkitab. Sementara oleh umat Islam, ini dikenal sebagai Haram al-Sharif atau Tempat Suci yang Mulia, tempat ini adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam.

Di bawah pengaturan "status quo" yang telah berlangsung selama puluhan tahun dengan pihak berwenang Muslim, Israel mengizinkan orang Yahudi untuk berkunjung tetapi tidak boleh berdoa.

Yordania telah menjadi penjaga resmi tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem sejak 1924, dan secara terbuka diakui sebagai penjaga tempat-tempat suci Yerusalem.

Situs ini berada di jantung konflik Israel-Palestina, dan saran agar Israel mengubah aturan tentang ketaatan beragama di sana telah menyebabkan kekerasan di masa lalu.