JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir kembali saling kritik mengenai status quo Kompleks Masjid Al Aqsa atau Kuil Gunung di Yerusalem, usai seribuan warga Yahudi memasuki kawasan tersebut hari ini dan berdoa di sana.
Sekitar 1.600 warga Yahudi memasuki kawasan Kompleks Masjid Al Aqsa pada Hari Selasa dan melakukan ritual ibadah serta berdoa. Mereka mendapatkan pengawalan dari aparat keamanan Israel. Itu mendapatkan kecaman dari Palestina lantaran melanggar status quo yang disepakati. Ben Gvir termasuk salah satu yang hadir dan berdoa di sana.
Ben Gvir mengatakan saat berada di kawasan tersebut, kebijakannya mengizinkan orang Yahudi berdoa di sana, bertentangan dengan status quo yang mengatur situs suci tersebut.
"Kami berada di Tisha B’Av, Temple Mount, untuk menandai penghancuran Bait Suci,” katanya dalam pesan yang direkam dan dirilis oleh partai sayap kanannya Otzma Yehudit, dikutip dari The Times of Israel 13 Agustus.
"Namun, ini perlu dikatakan dengan tulus: ada kemajuan yang sangat signifikan di sini dalam tata kelola, dalam kedaulatan. Seperti yang telah saya katakan, kebijakan kami adalah mengizinkan berdoa," lanjutnya.
מסר חשוב מהר הבית, בתשעה באב: pic.twitter.com/9GYa5CZHHw
— איתמר בן גביר (@itamarbengvir) August 13, 2024
Menanggapi itu, PM Netanyahu kembali menolak pernyataan Ben Gvir, terkait izin bagi orang Yahudi berdoa di sana.
"Penetapan kebijakan di Temple Mount secara langsung tunduk pada pemerintah dan perdana menteri," kata Kantor Perdana Menteri.
"Tidak ada kebijakan pribadi oleh menteri tertentu di Temple Mount — baik oleh menteri keamanan nasional maupun menteri lainnya. Ini adalah bagaimana keadaannya di bawah semua pemerintahan Israel," lanjut pernyataan itu.
"Insiden pagi ini di Temple Mount merupakan penyimpangan dari status quo. Kebijakan Israel di Temple Mount tidak berubah — ini adalah bagaimana keadaannya dan akan terus seperti ini," tambah pernyataan itu.
Merespons pernyataan PM Netanyahu, Ben Gvir berpegang teguh pada pendiriannya, menegaskan tidak ada hukum yang mengizinkan diskriminasi terhadap orang Yahudi di Kuil Gunung.
"Kebijakan menteri keamanan nasional adalah untuk memungkinkan kebebasan beribadah bagi umat Yahudi di semua tempat, termasuk Temple Mount, dan umat Yahudi akan terus melakukannya di masa depan," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Temple Mount adalah area berdaulat di ibukota Negara Israel," tandasnya.
"Tidak ada hukum yang mengizinkan diskriminasi rasis terhadap orang Yahudi di Temple Mount atau di mana pun di Israel," tegas Ben Gvir.
Temple Mount di Kota Tua Yerusalem adalah tempat tersuci dalam agama Yahudi, sebagai lokasi dari dua kuil di dalam Alkitab. Sementara oleh umat Islam, ini dikenal sebagai Haram al-Sharif atau Tempat Suci yang Mulia, tempat ini adalah rumah bagi Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam.
Di bawah pengaturan "status quo" yang telah berlangsung selama puluhan tahun dengan pihak berwenang Muslim, Israel mengizinkan orang Yahudi untuk berkunjung tetapi tidak boleh berdoa.
Situs ini berada di jantung konflik Israel-Palestina, dan saran agar Israel mengubah aturan tentang ketaatan beragama di sana telah menyebabkan kekerasan di masa lalu.
BACA JUGA:
Sebelum peristiwa kemarin, Ben Gvir sudah beberapa kali mendukung warga Yahudi berdoa di kawasan tersebut. Ia juga beberapa kali mendatanginya, kendati itu selalu menuai kritik dari Palestina dan sejumlah negara.
Sementara, PM Netanyahu juga berulang kali menegaskan, status quo di kawasan tersebut tetap dan tidak berubah.
Diketahui, Yordania telah menjadi penjaga resmi tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem sejak 1924, dan secara terbuka diakui sebagai penjaga tempat-tempat suci Yerusalem.