Bagikan:

JAKARTA - Pejabat tinggi PBB mengatakan kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ke Kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur dipandang sebagai "sangat menghasut", memperingatkan risiko kekerasan dan meminta semua pihak menahan diri.

Berbicara kepada Dewan Keamanan PBB pada Hari Kamis, Khaled Khiari, Asisten Sekretaris Jenderal untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian mengatakan, semua pihak harus bekerja untuk menurunkan ketegangan setelah kunjungan tersebut.

"Meskipun kunjungan itu tidak disertai atau diikuti dengan kekerasan, hal itu terlihat sangat menghasut, mengingat advokasi Ben Gvir di masa lalu untuk perubahan status quo," kata Khiari dalam sesi darurat dewan yang diminta oleh UEA dan China, melansir The National News 6 Januari.

"Seperti yang telah kita lihat berkali-kali di masa lalu, situasi di tempat-tempat suci Yerusalem sangat rapuh, insiden atau ketegangan apa pun di sana dapat meluas dan menyebabkan kekerasan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, di Israel dan di tempat lain di kawasan tersebut," paparnya.

Dalam kesempatan tersebut, Khiari mengulangi seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, agar semua pihak untuk menahan diri dari langkah-langkah yang dapat "meningkatkan ketegangan di dalam dan sekitar tempat suci dan untuk semua untuk menegakkan status quo, sejalan dengan peran khusus Kerajaan Yordania."

Sebelum pertemuan Dewan Keamanan, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan, kunjungan itu "bukan serangan" ke Al Aqsa dan "siapa pun yang mengklaim sebaliknya hanya mengobarkan situasi".

Diketahui, pertemuan darurat diminta setelah Ben-Gvir, seorang pemimpin sayap kanan yang sebelumnya menyerukan perubahan status quo di Yerusalem, mengunjungi Al Aqsa, sebuah situs yang juga dihormati oleh orang Yahudi.

"Temple Mount terbuka untuk semua orang," cuit Ben-Gvir di Twitter, menggunakan nama Yahudi untuk situs tersebut.

Kunjungan Ben-Gvir memicu gelombang kecaman internasional, termasuk dari sekutu dekat Israel, Amerika Serikat.

Meski kunjungan ke tempat suci itu berlalu tanpa insiden, hal itu berisiko meningkatkan gesekan dengan warga Palestina setelah gelombang kekerasan di Tepi Barat pada 2022.

Kompleks Masjid Al Aqsa terletak di Yerusalem Timur dan merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam. Di bawah status quo lama, non-Muslim dapat mengunjungi situs tersebut pada waktu tertentu, tetapi tidak diizinkan untuk berdoa di sana.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang Yahudi, kebanyakan dari mereka adalah nasionalis Israel, yang diam-diam berdoa di kompleks tersebut, sebuah perkembangan yang dikecam oleh warga Palestina.