JAKARTA - Australia pada Hari Kamis mengonfirmasi pembelian sistem rudal dan roket canggih untuk memperkuat pertahanannya, sebagai pencegahan terhadap potensi ancaman regional terhadap keamanannya.
Pembelian Naval Strike Missile (NSM) dan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), telah dikerjakan sejak musim semi lalu, ketika Menteri Pertahanan saat itu Peter Dutton mengatakan perang di Ukraina dan ancaman dari China, membuat Australia perlu untuk meningkatkan sistem senjata pertahanannya.
Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Richard Marles menegaskan kembali hal itu, dalam sebuah pernyataan Kamis tentang dua kesepakatan yang membuat Australia merogoh kocek senilai 1 miliar dolar Australia.
"Pemerintah PM Albanese mengambil pendekatan proaktif untuk menjaga Australia tetap aman. Naval Strike Missile serta peluncur HIMARS akan memberikan kekuatan pertahanan kami, kemampuan untuk mencegah konflik dan melindungi kepentingan kami," kata Marles, dilansir dari CNN 6 Januari.
"Tingkat teknologi yang terlibat dalam akuisisi ini membawa pasukan kami ke perangkat keras militer modern yang canggih," timpal Menteri Industri Pertahanan Pat Conroy.
HIMARS yang juga dikirim AS ke Ukraina, mampu memberikan perbedaan besar di medan perang menghadapi invasi Rusia. AS menyetujui penjualan ke Australia Mei tahun lalu, termasuk dengan peralatan pendukung senilai 385 juta dolar AS.
Tetapi, sistem itu berbasis darat dan baru bisa berada di gudang senjata Negeri Kanguru pada tahun 2026-2027.
Sementara, Naval Strike Missiles rancangan Norwegia mungkin lebih relevan dalam jangka pendek untuk pasukan pertahanan Australia.
Senjata penjelajah laut yang dapat bermanuver, akan dikerahkan di kapal perusak dan fregat Angkatan Laut Australia. Dengan jangkauan 185 kilometer (115 mil), itu akan lebih dari dua kali lipat jangkauan rudal saat ini di kapal Australia, Kementerian Pertahanan Australia mengatakan dalam sebuah pernyataan April lalu, ketika pertama kali mengumumkan pembelian.
Pernyataan Hari Kamis mengatakan, Naval Strike Missile akan mulai menggantikan rudal Harpoon di kapal perang Australia pada tahun 2024
Terpisah, beberapa analis militer Australia mengatakan, pengumuman Kamis sebagian besar karena alasan politik, karena keduanya telah diumumkan oleh pemerintah saya kanan sebelumnya.
"Saya berasumsi ada pesan politik yang lebih dalam untuk menunjukkan, bahwa pemerintah baru yang berhaluan kiri tertarik pada pembelanjaan pertahanan,” kata Peter Layton, peneliti tamu di Institut Griffith Asia dan mantan perwira Angkatan Udara Australia.