Bagikan:

JAKARTA - Para pemimpin Amerika Serikat dan Jerman pada Hari Kamis mengumumkan rencana pengiriman kendaraan tempur lapis baja ke Ukraina, meningkatkan dukungan militer untuk Kyiv guna mengusir pasukan Rusia, setelah langkah serupa oleh Prancis awal pekan ini.

Dalam pernyataan bersama setelah panggilan telepon antara Presiden Joe Biden dan Kanselir Olaf Scholz, Amerika Serikat mengatakan akan memberi Ukraina Kendaraan Tempur Infanteri Bradley, sementara Jerman akan menyediakan Kendaraan Tempur Infanteri Marder.

Bantuan paket senjata AS, yang akan diumumkan pada Hari Jumat, diperkirakan akan mencakup sekitar 50 Kendaraan Tempur Bradley sebagai bagian dari bantuan keamanan dengan total sekitar 2,8 miliar dolar AS, kata pejabat AS kepada Reuters, seperti dikutip 6 Januari.

"Saat ini perang di Ukraina berada pada titik kritis," kata Presiden Biden kepada wartawan.

"Kami harus melakukan semua yang kami bisa untuk membantu Ukraina melawan agresi Rusia."

Kedua negara sepakat untuk melatih tentara Ukraina tentang cara menggunakannya, katanya. Sementara, Jerman juga akan memasok baterai pertahanan udara Patriot ke Ukraina, yang telah mencetak beberapa keberhasilan medan perang sejak pasukan Rusia menginvasi Februari.

kendaraan tempur bradley
Kendaraan tempur Bradley AS. (Wikimedia Commons/US Army/19th Expeditionary Sustainment Command/Spc. Bryan Willis)

"Presiden Biden dan Kanselir Scholz menyatakan tekad bersama untuk terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer dan diplomatik yang diperlukan ke Ukraina selama diperlukan," bunyi pernyataan itu.

Terpisah, Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky menyatakan penghargaannya atas kontribusi Jerman, mengatakan di Twitter bahwa "Jerman memberikan kontribusi penting untuk mencegat semua rudal Rusia!"

Keputusan itu diumumkan setelah Pemerintah Scholz menghadapi seruan dari dalam koalisinya, untuk meningkatkan dukungan militer bagi Ukraina setelah Prancis mengumumkan akan mengirim kendaraan tempur lapis baja ringan AMX-10 RC.

Kanselir Scholz telah menggenjot pengeluaran pertahanan dan mengirim bantuan dan senjata ke Ukraina sejak invasi, tetapi, seperti kekuatan Barat lainnya, terkadang ragu-ragu sebelum memasok senjata 'ampuh' karena takut mempertaruhkan konflik langsung dengan Rusia.

Kanselir Scholz juga telah memperjelas, dia dia tidak ingin melakukannya sendiri dalam mengirim senjata berat ke Ukraina, melainkan mengoordinasikan pengiriman dengan anggota aliansi NATO lainnya.