Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz menanggapi 'ancaman' Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memasuki Israel untuk membantu Palestina, membandingkannya dengan mantan Presiden Irak Irak Saddam Hussein.

"Erdogan sedang menempuh jalan Saddam Hussein dan mengancam untuk menyerang Israel. Dia seharusnya mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana hal itu berakhir," tulis Menlu Katz di X, melansir The Times of Israel 29 Juli.

Rezim Hussein digulingkan oleh operasi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat pada tahun 2003. Dia dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Irak setelah ditangkap dan diadili.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Erdogan pada Hari Minggu mengatakan, Turki tidak menutup kemungkinan memasuki Israel untuk membantu Palestina, mengatakan tidak ada alasan untuk mengatakan hal itu tidak bisa dilakukan.

Ia kemudian menyebut itu sama halnya seperti yang dilakukan di Libya an Nagorno-Karabakh, kendati tidak dijelaskan intervensi seperti apa yang dimaksudnya.

"Kita harus menjadi sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol terhadap Palestina. Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin akan melakukan hal yang sama terhadap mereka," kata Presiden Erdogan dalam pertemuan dengan Partai AK yang berkuasa di kampung halamannya, Rize, melansir Reuters.

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa melakukan ini. Kita harus kuat agar kita dapat mengambil langkah-langkah ini," tambah Presiden Erdogan dalam pidato yang disiarkan di televisi.

Perkataan Presiden Erdogan tampaknya merujuk pada tindakan Turki di masa lalu. Pada tahun 2020, Turki mengirim personel militer ke Libya untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang diakui PBB.

Perdana Menteri Libya Abdulhamid al-Dbeibah, yang mengepalai Pemerintah Persatuan Nasional di Tripoli, didukung oleh Turki.

Di sisi lain, Turki membantah peran langsung dalam operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, tetapi mengatakan tahun lalu bahwa mereka menggunakan “segala cara”, termasuk pelatihan militer dan modernisasi, untuk mendukung sekutu dekatnya.