Bagikan:

JAKARTA - Setelah 9 bulan masa pencarian, hari ini 13 Desember, 16 tahun lalu, pasukan Amerika Serikat berhasil menangkap Presiden Irak Saddam Husein. Diktator yang disebut pelanggar Hak Asasi Manusia itu ditangkap di dekat kota Tikrit, tempat kelahirannya sendiri. 

Memburu Saddam tak mudah. Karena dilindungi pengawal pribadi yang setia. Untuk menangkap Saddam, AS membentuk satuan khusus Task Force 121.

Satuan ini dipimpin oleh Mayjen Raymond Odierno dan Kolonel James Hickey dari Divisi Infanteri ke-4 AS. Pada Juli-Desember 2003, dilancarkanlah operasi Red Dawn (Fajar Merah) untuk mencari Saddam.

Setelah beberapa bulan operasi Fajar Merah digelar, tibalah para pasukan di sebuah gubuk batu dengan satu ruangan kecil di tepi timur sungai Tigris. Seperti dilansir theguardian.com, berdasarkan informasi dari hasil interogasi musuh pasukan AS, ada sebuah tempat berlindung di bawah tanah di dekat gubuk itu. Di sana lah sasaran utama nomor satu, Saddam Hussein berada.  

Saddam bersembunyi di dalam lubang sempit yang diketahui berada sekitar 2,5 meter di dalam permukaan tanah. Ia ditemukan dalam keadaan berjanggut lebat dan rambut berantakan. Salah seorang prajurit mendeskripsikan Saddam Hussein saat itu seperti seorang yang sudah pasrah menerima nasib. 

Apa salah Saddam hingga diburu AS?

Selama 24 tahun Saddam menjadi Presiden Irak, banyak terjadi penyelewangan kekuasaan. Bahkan sebelum ia berkuasa Saddam disebut sudah terlibat dalam gerakan kudeta. 

Saddam Hussein lahir pada 28 April 1937 di tengah keluarga miskin di Tikrit, Al Awja, Irak. Ia kemudian bermigrasi ke Baghdad di usia remaja dan bergabung dengan Partai Baath. Saddam Hussein lantas terpilih menjadi ketua partai politik paling berpengaruh di Irak tersebut.

Dilansir dari history.com, Saddam turut andil dalam percobaan kudeta terhadap pemerintah Irak. Upaya itu berhasil mengantarkan sepupunya Ahmed Hassan al Bakr sebagai Presiden Irak pada medio 1968. 11 tahun berselang, ia melanjutkan tongkat kepemimpinan sepupunya itu. 

Selama 24 tahun masa kepemimpinannya, Saddam Hussein membentuk sebuah polisi rahasia yang ditugaskan untuk melindungi pemerintahannya. Polisi rahasia itu kerap meneror publik dan tak jarang melanggar hak-hak asasi manusia warga Irak. 

Selain itu ia juga disebut hidup bergelimang harta sementara sebagian warga Irak hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan mudahnya Saddam membangun lebih dari 20 Istana megah di seluruh Irak. Ia sering menempati istana-istana tersebut secara diam-diam demi menjaga keamanan dirinya. 

Di bawah pimpinan Saddam, Irak beberapa kali melakukan perang. Pada 1980 misalnya Irak perang melawan Iran. Sekitar 1 juta orang tewas dalam perang itu. Namun ia diduga menggunakan senjata kimia terlarang kepada tentara Iran. Racun itu juga digunakan Saddam terhadap populasi warga Kurdi pada 1988. Dua tahun kemudian Irak pun sempat menginvasi Kuwait. 

Hal itu lantas mengusik Amerika Serikat sebagai "polisi dunia". Sehingga AS balik menginvasi Irak dengan dugaan rezim Saddam Hussein memproduksi senjata pemusnah massal yang hingga kini senjata itu tak pernah ditemukan. 

Setelah AS mengumumkan invasi Saddam Husein langsung bersembunyi dan ditangkap 9 bulan kemudian. Ia kemudian diadili dari 2005 sampai 2006. Ia dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung. Saddam dieksekusi mati pada 30 Desember 2006.