Bagikan:

JAKARTA - Kabinet Keamanan Israel pada Hari Minggu menyetujui perdana menteri dan menteri pertahanan negara itu memberikan tanggapan atas serangan di Golan, sementara dua menteri garis keras tidak memberikan suara.

Forum tersebut memberikan wewenang kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant untuk memutuskan skala dan waktu respons Israel terhadap serangan roket mematikan di Golan kemarin, kata kantor PM Netanyahu, melansir The Times of Israel 29 Juli.

Setelah para menteri keberatan dengan cara pintas di mana serangan ke Yaman disetujui minggu lalu, dalam pertemuan hari ini, setiap menteri diberi waktu yang cukup untuk berbicara, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.

Laporan tersebut mengatakan, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir abstain dalam pemungutan suara.

Pembicaraan mengenai penyanderaan telah dibahas, namun pertemuan lain akan diadakan untuk fokus pada langkah Israel selanjutnya, menurut surat kabar tersebut.

Serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 remaja dan anak-anak pada Hari Sabtu. Kelompok militan Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan di Majdal Shams, serangan paling mematikan di Israel atau wilayah yang dianeksasi Israel sejak konflik terbaru di Gaza, Palestina antara Hamas dengan Israel pecah pada 7 Oktober 2023, dilansir dari Reuters.

Israel telah bersumpah untuk membalas Hizbullah di Lebanon, dan jet-jet tempur Israel menyerang target-target di Lebanon selatan pada Hari Minggu.

Israel mengatakan roket itu adalah rudal buatan Iran yang ditembakkan dari daerah utara desa Chebaa di Lebanon selatan, menyalahkan Hizbullah yang didukung Iran. Tidak jelas apakah anak-anak dan remaja yang tewas adalah warga negara Israel.

"Roket yang membunuh anak laki-laki dan perempuan kami adalah roket Iran dan Hizbullah adalah satu-satunya organisasi teror yang memiliki roket itu di gudang senjatanya," kata Kementerian Luar Negeri Israel.

Dua sumber keamanan mengatakan kepada Reuters, Hizbullah dalam keadaan siaga tinggi dan telah membersihkan beberapa lokasi penting di selatan Lebanon serta Lembah Bekaa timur jika terjadi serangan Israel.

Diketahui, pasukan Israel saling tembak selama berbulan-bulan dengan pejuang Hizbullah di Lebanon selatan, tetapi kedua belah pihak tampaknya menghindari eskalasi yang dapat menyebabkan perang habis-habisan, yang berpotensi menyeret kekuatan lain termasuk Amerika Serikat dan Iran.