Bagikan:

JAKARTA - Menteri Israel Benny Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari Pemerintahan Darurat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Hari Minggu, menyoroti janji yang dibuatnya terkait dengan strategi di Jalur Gaza.

Mundurnya Gantz, menandai hilangnya satu-satunya kekuatan tengah dalam koalisi sayap kanan PM Netanyahu. Kendati tidak menimbulkan ancaman lansyng, namun itu membuat perdana menteri bergantung pada garis keras, tanpa ada tanda-tanda berakhirnya perang Gaza dan kemungkinan meningkatnya pertempuran dengan Hizbullah Lebanon.

Gantz mengatakan pada Hari Minggu, politik mengaburkan keputusan strategis yang menentukan dalam kabinet PM Netanyahu. Mengundurkan diri saat para sandera masih berada di Gaza dan tentara yang bertempur di sana merupakan keputusan yang sangat menyakitkan, katanya.

"Netanyahu menghalangi kita untuk maju menuju kemenangan sejati," kata Gantz dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, melansir Reuters 10 Juni.

"Itulah sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati tetapi dengan keyakinan penuh," lanjutnya.

Bulan lalu, Gantz memberi PM Netanyahu tenggat waktu 8 Juni untuk membuat strategi yang jelas untuk Gaza, tempat Israel telah melancarkan serangan militer yang menghancurkan terhadap kelompok militan Palestina yang berkuasa, Hamas. PM Netanyahu menepis ultimatum itu segera setelah diberikan.

Dengan kepergian Gantz, PM Netanyahu akan kehilangan dukungan dari blok sentris yang telah membantu memperluas dukungan bagi pemerintah di Israel dan luar negeri, di saat tekanan diplomatik dan domestik meningkat delapan bulan setelah perang Gaza.

Sementara koalisinya tetap menguasai 64 dari 120 kursi parlemen, Bibi, panggilan akrab PM Netanyahu, sekarang harus lebih bergantung pada dukungan politik dari partai-partai ultra-nasionalis, yang para pemimpinnya membuat marah Washington bahkan sebelum perang dan yang sejak itu menyerukan pendudukan penuh Israel atas Gaza.

Jajak pendapat menunjukkan Gantz, mantan panglima militer militer dan menteri pertahanan, menjadi pesaing politik paling tangguh bagi PM Netanyahu.

Memperingatkan konflik di Gaza dapat berlangsung bertahun-tahun, ia mendesak PM Netanyahu untuk menyetujui tanggal pemilihan pada musim gugur, untuk menghindari pertikaian politik lebih lanjut pada saat darurat nasional.

Gantz bergabung dengan pemerintahan persatuan segera setelah serangan 7 Oktober sebagai bagian dari kabinet perang internal PM Netanyahu di mana ia, perdana menteri dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant sendiri memiliki suara.

Kemarin, Menhan Gantz menggambarkan Gallant, yang telah berdebat dengan Netanyahu dan beberapa menteri ultra-nasionalis, sebagai pemimpin yang berani dan menyerukannya 'untuk melakukan hal yang benar,' meskipun ia tidak menjelaskan lebih lanjut apa artinya itu.

Terpisah, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengatakan dalam sebuah pernyataan, Gantz memberikan apa yang diinginkan musuh-musuh Israel.

Ketika ditanya apakah ia khawatir kepergiannya akan memengaruhi posisi Israel di luar negeri, Gantz mengatakan Menhan Gallant dan PM Netanyahu sama-sama tahu "apa yang harus dilakukan."

"Semoga mereka akan tetap berpegang pada apa yang seharusnya dilakukan dan semuanya akan baik-baik saja," tandasnya.