Bagikan:

JAKARTA - Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Hari Minggu mengatakan, Turki tidak menutup kemungkinan memasuki Israel untuk membantu Palestina, mengatakan tidak ada alasan untuk mengatakan hal itu tidak bisa dilakukan.

Ia kemudian menyebut itu sama halnya seperti yang dilakukan di Libya an Nagorno-Karabakh, kendati tidak dijelaskan intervensi seperti apa yang dimaksudnya.

"Kita harus menjadi sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol terhadap Palestina. Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin akan melakukan hal yang sama terhadap mereka," kata Presiden Erdogan dalam pertemuan dengan Partai AK yang berkuasa di kampung halamannya, Rize, melansir Reuters 29 Juli.

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa melakukan ini. Kita harus kuat agar kita dapat mengambil langkah-langkah ini," tambah Presiden Erdogan dalam pidato yang disiarkan di televisi.

Presiden Turki Erdogan diketahui menjadi salah satu pengkritik keras serangan Israel di Jalur Gaza.

Terpisah, perwakilan Partai AK tidak menanggapi panggilan telepon yang meminta rincian lebih lanjut tentang komentar Presden Erdogan.

Perkataan Presiden Erdogan tampaknya merujuk pada tindakan Turki di masa lalu. Pada tahun 2020, Turki mengirim personel militer ke Libya untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang diakui PBB.

Perdana Menteri Libya Abdulhamid al-Dbeibah, yang mengepalai Pemerintah Persatuan Nasional di Tripoli, didukung oleh Turki.

Di sisi lain, Turki membantah peran langsung dalam operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, tetapi mengatakan tahun lalu bahwa mereka menggunakan “segala cara”, termasuk pelatihan militer dan modernisasi, untuk mendukung sekutu dekatnya.

Terpisah, sumber-sumber medis Gaza pada Hari Minggu mengumumkan, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 66 warga Palestina dan melukai 241 lainnya dalam 24 jam terakhir, dikutip dari WAFA.

Sementara, otoritas kesehatan setempat mengonfirmasi, jumlah korban jiwa Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 39.324 orang, sementara 90.830 orang lainnya mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.