Sebut Rasisme Sebagai Virus, Paus Fransiskus: Bermutasi dengan Cepat dan Sembunyi
Paus Fransiskus. (Wikimedia Commons/Aleteia Image Department)

Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin Katolik sedunia Paus Fransiskus pada Hari Minggu 21 Maret, mengecam rasisme, menyamakannya dengan virus yang mengintai menunggu, untuk kemudian muncul menunjukan kemajuan sosial kita yang seharusnya tidak nyata atau definitif seperti yang dipikirkan orang.

Kecaman Paus Fransiskus ini seperti dalam unggahan di akun Twitter resminya, berbarengan dengan Hari Internasional untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setiap 21 Maret.

"Rasisme adalah virus yang bermutasi dengan cepat dan bukannya menghilang, malah bersembunyi, bersembunyi sambil menunggu," tulis Paus Fransiskus di Twitter-nya. 

"Contoh rasisme terus mempermalukan kita, karena itu menunjukkan bahwa kemajuan sosial kita yang seharusnya tidak nyata atau definitif seperti yang kita pikirkan," lanjut Paus Fransiskus sambil menambahkan tagar  #FightRacism #FratelliTutti.

Melansir Euronews, 'Fratelli Tutti' adalah judul ensiklik atau dokumen pengajaran khusus, yang dikeluarkan Paus tahun lalu di tengah pandemi COVID-19. Tujuannya untuk mendesak solidaritas, persaudaraan dan kepedulian terhadap lingkungan di seluruh dunia.

Dalam Tweet-nya, Francis tidak mengutip contoh rasisme atau tempat tertentu. Sepanjang kepausannya, dia memperjuangkan hak-hak orang yang terpinggirkan dalam masyarakat, termasuk para pendatang.

Saat melakukan kunjuang bersejarah ke Irak awal bulan ini, Paus Fransiskus mendengarkan cerita dan keluhan dari mayoritas Muslim maupun minoritas Kristen

"Hari ini, bagaimanapun, kami menegaskan kembali keyakinan kami bahwa persaudaraan lebih tahan lama daripada pembunuhan saudara, bahwa harapan lebih kuat daripada kebencian, bahwa perdamaian lebih kuat daripada perang," tegas Paus Fransiskus, melansir Reuters.

Peringatan tahunan PBB pada 21 Maret jatuh pada hari peringatan, ketika polisi di Sharpeville, Afrika Selatan, melepaskan tembakan dan menewaskan 69 orang dalam demonstrasi damai menentang Undang-Undang Apartheid pada tahun 1960.