Bagikan:

JAKARTA – Peneliti bidang politik The Indonesian Institute (TII), Felia Primaresti menilai duet Anies Baswedan dan Sohibul Iman yang dideklarasikan Partai Keadilan Sejahtera di Pilkada Jakarta 2024 akan sulit terealisasi.

Menurutnya, ada tantangan besar yang dihadapi PKS dan pasangan Anies-Sohibul di tengah situasi politik yang dinamis. Terlebih, muncul wacana pencalonan Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep yang notabene putra Presiden Joko Widodo sebagai bakal calon kontestan Pilkada Jakarta.

“Kalau Kaesang benar-benar maju, banyak partai politik yang akan tertarik untuk bergabung dan mendukung, mengingat popularitas dan pengaruh politik keluarganya. Belum lagi faktor Jokowi dan para pendukungnya, serta pengalaman pada Pilpres 2024,” terang Felia, Minggu 30 Juni 2024.

Selain itu, masih terbukanya kemungkinan PDI Perjuangan mengusung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok – terlepas dari segala kontroversinya – yang dianggap sudah memiliki rekam jejak dan pengalaman di Jakarta serta pendukung setia dianggap semakin menyulitkan duet Anies-Sohibul.

Felia mengungkapkan bahwa langkah PKS ini mencerminkan konsistensi yang berisiko tinggi, mengingat posisi PKS yang berada di luar pemerintahan. “Meski ini bentuk konsistensi PKS, dalam politik elektoral perlu membentuk dukungan dengan pihak lain untuk memenuhi persyaratan pencalonan,” imbuhnya dia.

Dia menyebut, perolehan suara PKS dalam Pemilu Anggota DPRD DKI Jakarta 2024 dengan 1.012.028 suara atau 16,68 persen masih belum cukup untuk mengusung kader sendiri tanpa berkoalisi dengan partai lain. Karena itu, jika pilihan orientasi PKS adalah memenangi Pilkada Jakarta maka tidak bisa jalan sendirian.

Sementara Direktur Algoritma Research and Consulting, Aditya Perdana menyatakan, pasangan yang diusung PKS akan membuat sulit parpol seperti NasDem, PKB, dan PDIP untuk memutuskan untuk berkoalisi. Padahal parpol-parpol tersebut mengaku tertarik mendukung Anies Baswedan sebagai Cagub Jakarta 2024.

Meski demikian, dia menilai deklarasi yang dilakukan PKS tak lain untuk menaikkan pamor partai, selain akan menjadi daya tawar PKS dalam membuka peluang koalisi di Pilkada Jakarta 2024. “Meskipun mereka tahu diri tidak ambil nomor satu, nomor dua, karena Anies kan relatif masih tinggi elektabilitasnya,” tandas Aditya.