Bagikan:

JAKARTA - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan pada Hari Senin, negaranya tidak akan menggunakan meriam air atau senjata ofensif apa pun di Laut Cina Selatan.

Presiden Marcos Jr. mengatakan, meningkatkan ketegangan di jalur perairan strategis tersebut merupakan hal terakhir yang akan dilakukan oleh Filipina.

"Kami tidak akan mengikuti penjaga pantai dan kapal Tiongkok melakukan hal tersebut," kata Presiden Marcos Jr, menambahkan misi angkatan laut dan penjaga pantai Filipina adalah untuk menurunkan ketegangan, dan tidak ada rencana untuk memasang meriam air di kapal, melansir Reuters 6 Mei.

Pekan lalu, Manila memprotes penggunaan meriam air yang dilakukan Beijing terhadap kapal-kapal Filipina di perairan dangkal yang disengketakan di Laut China Selatan, menggambarkannya sebagai pelecehan dan "manuver berbahaya", setelah meningkatnya ketegangan dalam beberapa bulan terakhir.

Sebagai bagian dari protes, Filipina memanggil wakil kepala misi diplomatik Negeri Tirai Bambu di Manila Kamis pekan lalu, untuk mendengarkan protes ke-20 yang dilakukan Filipina terhadap Beijing tahun ini, salah satu dari 153 protes di bawah pemerintahan saat ini, atas perilaku penjaga pantai dan kapal penangkap ikan yang menurut Manila adalah milisi.

"Filipina memprotes pelecehan, penyerudukan, pengeroyokan, pembayangan dan pemblokiran, manuver berbahaya, penggunaan meriam air, dan tindakan agresif lainnya yang dilakukan Penjaga Pantai Tiongkok dan milisi maritim Tiongkok," kata Filipina dalam sebuah pernyataan.

China diketahui mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan, yang merupakan jalur perdagangan utama dunia dengan nila per tahunnya mencapai lebih dari 3 triliun dolar AS, termasuk wilayah yang diklaim oleh Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Pengadilan internasional pada tahun 2016 mengatakan klaim ekspansif Tiongkok tidak memiliki dasar hukum, sebuah keputusan yang ditolak oleh Beijing.