Bagikan:

JAKARTA - Direktur badan keamanan utama Rusia pada Hari Selasa mengatakan, dia yakin Ukraina, bersama dengan Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam serangan di Crocus City Hall di luar Moskow yang menewaskan sedikitnya 139 orang.

ISIS, kelompok militan yang pernah berusaha menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, mengaku bertanggung jawab atas penembakan massal tersebut.

"Kami percaya tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal itu sendiri dan difasilitasi oleh badan khusus Barat" kata Direktur Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia Alexander Bortnikov di televisi, melansir Reuters 27 Maret.

"Dinas khusus Ukraina berhubungan langsung dengan hal ini," lanjut Bortnikov, seraya menambahkan Kyiv telah membantu mempersiapkan kelompok Islam radikal di lokasi yang tidak diketahui identitasnya di Timur Tengah.

Ukraina, yang telah berulang kali membantah adanya kaitan dengan serangan hari Jumat itu, menolak tuduhan Rusia dan menyebutnya sebagai kebohongan. Inggris mengatakan hal itu "benar-benar tidak masuk akal".

Ketika ditanya oleh wartawan Rusia apakah Ukraina dan sekutunya, Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam serangan di gedung konser, Bortnikov mengatakan:

"Kami pikir itulah masalahnya. Bagaimanapun, kami sekarang berbicara tentang tekstur yang kami miliki. miliki. Ini adalah informasi umum."

Bortnikov (72) mengatakan, Rusia belum mengidentifikasi siapa yang secara spesifik memerintahkan serangan paling mematikan di Rusia selama dua dekade terakhir. Namun ia mengatakan, tindakan pembalasan akan diambil.

Dia tidak memberikan bukti spesifik atas klaim tersebut, yang dapat digunakan oleh kelompok garis keras di Moskow untuk membenarkan peningkatan perang di Ukraina, serta untuk menjelaskan bagaimana dinas keamanan Rusia gagal mencegah serangan tersebut.

Terpisah, outlet berita Rusia SHOT menerbitkan video percakapan di mana seorang reporter bertanya kepada Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev, apakah itu "ISIS (Negara Islam) atau Ukraina? (pelakunya)."

"Tentu saja Ukraina," jawab Patrushev. Ketika ditanya mengenai pernyataan tersebut, dia mengatakan ada “banyak” indikasi keterlibatan Ukraina.

Sementara itu, ajudan senior Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, menolak klaim Rusia dan menyebutnya sebagai kebohongan

"Kebohongan tersebut secara resmi disebarkan oleh Patrushev dan setelah itu oleh kepala FSB Bortnikov," kata Podolyak.

Adapun Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengunggah di X: "Klaim Rusia tentang Barat dan Ukraina atas serangan Balai Kota Crocus adalah omong kosong belaka."

Pernyataan Patrushev dan Bortnikov memberikan gambaran mengenai pemikiran hawkish di kalangan elite Kremlin. FSB, penerus utama KGB era Soviet, adalah salah satu institusi paling kuat di Rusia.

Amerika Serikat memiliki informasi intelijen yang mengonfirmasi klaim ISIS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penembakan mematikan di sebuah konser dekat Moskow, kata dua pejabat AS pada Jumat.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika, Adrienne Watson, mengatakan awal bulan ini Washington telah berbagi informasi intelijen dengan Rusia mengenai rencana serangan di Moskow.

Bortnikov, ketika ditanya tentang informasi yang diberikan oleh Washington, mengatakan bahwa informasi tersebut tidak selalu bersifat konkrit.

Sejak Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada tahun 2022, Kremlin telah menganggap Barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris, sebagai musuh yang keputusannya untuk mendukung Ukraina pada dasarnya menjadikan mereka sebagai pihak yang berperang dengan Rusia.