Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Israel Defense Forces (IDF) membenarkan tewasnya Marwan Issa, tokoh senior militer Hamas yang dijuluki 'Manusia Bayangan', dalam serangan militer bulan ini.

"Kami telah memeriksa semua informasi intelijen," kata Laksamana Muda Daniel Hagari dalam pernyataan yang disiarkan televisi, melansir Reuters 27 Maret.

"Marwan Issa tewas dalam serangan yang kami lakukan sekitar dua pekan lalu," ujarnya.

Belum ada komentar langsung dari Hamas terkait klaim tewasnya salah satu pemimpin militer senior mereka.

Issa berada di urutan teratas daftar orang yang paling dicari Israel bersama dengan komandan sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam Mohammed Deif, serta pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar, yang diyakini mendalangi serangan ke Israel selatan 7 Oktober lalu.

Marwan Issa merupakan Wakil Komandan Brigade Izzuddin al-Qassam, dikutip dari Al Jazeera. Ia menduduki posisi tersebut pada tahun 2012, setelah pembunuhan pendahulunya Ahmed Jabari.

Ini menjadikannya sasaran penangkapan Israel, meski diakui sulit dan mendapat julukan 'Manusia Bayangan' lantaran kemampuannya menghindari radar Israel.

Issa dinilai memainkan peran penting dalam serangkaian serangan teror yang panjang, mulai dari Intifada Pertama serangan Oktober tahun lalu.

Mantan kepala intelijen militer Israel Amos Yadlin mengatakan, Issa adalah "penghubung antara sayap militer dan sayap politik Hamas" dan dianggap sebagai salah satu dari lima orang yang mengetahui seluruh aspek serangan 7 Oktober, dikutp dari The Times Israel.

Issa didengarkan oleh para pejabat Hamas di Gaza, Tepi Barat dan Qatar, kata mantan pejabat Shin Bet Ilan Lotan kepada Channel 12, menyoroti betapa integralnya posisinya dalam operasi sehari-hari kelompok militan tersebut

Bergabung dengan Brigade Qassam sejak awal didirikan, Issa beberapa kali dipenjara. Pada tahun 1987, ia ditangkap oleh Israel dan mendekam di penjara selama lima tahun karena aktivitasnya dengan Hamas selama Intifada Pertama.

Setelah dibebaskan pada tahun 1993, ia ditangkap pada tahun 1997 oleh Otoritas Palestina dan menghabiskan empat tahun di penjara, sebelum dibebaskan pada tahun 2000 pada awal Intifada Kedua.

Sebelumnya, Issa beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan oleh Israel. Pertama pada tahun 2006, ketika Israel menargetkan lokasi pertemuan yang ia hadiri bersama Deif. Issa dilaporkan terluka dalam serangan itu.

Setelah upaya pembunuhan yang gagal pada tahun 2006, Issa menjadi sasaran setidaknya dua upaya pembunuhan lainnya, sekali selama perang Gaza tahun 2014 dan sekali selama Operasi Penjaga Tembok pada tahun 2021.

Oktober lalu, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan, enam tokoh kunci kelompok militan Palestina Hamas harus dibunuh, saat menyerukan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza. Bahkan, Lapid menegaskan, Israel harus mampu mendapatkan mereka semua, baik di Gaza maupun di luar negeri.

"Negara Israel tidak boleh berhenti dan tidak boleh melepaskan diri sampai kita membunuh enam orang: Yahya Sinwar, Mohammed Deif, Ismail Haniyeh, Saleh al-Arouri, Khaled Mashaal dan Marwan Issa," ujar Lapid seraya menyebutkan nama-nama para petinggi Hamas yang dimaksudnya.

"Keenamnya harus mati. Sampai mereka mati, Israel tidak akan membalas pembunuhan Be’eri dan Sderot, Kfar Aza dan Ofakim. Sampai mereka mati, Timur Tengah tidak akan mengerti bahwa kami tidak main-main," tegasnya.