Bagikan:

JAKARTA - Seorang pejabat tinggi kelompok militan Palestina Hamas meragukan klaim Israel, terkait keberhasilan mereka menewaskan Marwan Issa, salah satu petinggi sayap meiliter mereka, dalam serangan udara awal bulan ini.

"Kami tidak percaya pada klaim militer Israel tentang dugaan kematian saudara laki-laki dan pemimpin jihad Marwan Issa," tulis anggota biro politik Hamas Izzat al-Rishq di saluran Telegram-nya, dikutip dari The Times of Israel 27 Maret.

"Brigade Izzuddin al-Qassam (sayap militer Hamas) mempunyai keputusan akhir mengenai masalah ini," tambahnya.

Sebelumnya, juru Bicara Israel Defense Forces (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari secara resmi mengonfirmasi dalam konferensi pers, Issa, yang dianggap sebagai tokoh paling senior ketiga di kelompok itu, terbunuh dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza tengah pada 10 Maret.

"Kami telah memeriksa semua informasi intelijen," kata Laksamana Muda Daniel Hagari dalam pernyataan yang disiarkan televisi, melansir Reuters.

"Marwan Issa tewas dalam serangan yang kami lakukan sekitar dua pekan lalu," ujarnya.

Amerika Serikat sebelumnya juga mengumumkan kematian Issa, meskipun pada saat yang sama Saat itu, Israel menyatakan masih mengevaluasi hasil pengeboman tersebut.

Al-Rishq mengklaim, waktu pengumuman berita tersebut oleh Israel adalah untuk “menutupi krisis yang dihadapi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kegagalan (IDF) untuk mencapai tujuannya.

Issa berada di urutan teratas daftar orang yang paling dicari Israel bersama dengan komandan sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam Mohammed Deif, serta pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar, yang diyakini mendalangi serangan ke Israel selatan 7 Oktober lalu.

Marwan Issa merupakan Wakil Komandan Brigade Izzuddin al-Qassam, dikutip dari Al Jazeera. Ia menduduki posisi tersebut pada tahun 2012, setelah pembunuhan pendahulunya Ahmed Jabari.

Ini menjadikannya sasaran penangkapan Israel, meski diakui sulit dan mendapat julukan 'Manusia Bayangan' lantaran kemampuannya menghindari radar Israel.

Issa dinilai memainkan peran penting dalam serangkaian serangan teror yang panjang, mulai dari Intifada Pertama hingga serangan Oktober tahun lalu.

Mantan kepala intelijen militer Israel Amos Yadlin mengatakan, Issa adalah "penghubung antara sayap militer dan sayap politik Hamas" dan dianggap sebagai salah satu dari lima orang yang mengetahui seluruh aspek serangan 7 Oktober.

Issa didengarkan oleh para pejabat Hamas di Gaza, Tepi Barat dan Qatar, kata mantan pejabat Shin Bet Ilan Lotan kepada Channel 12, menyoroti betapa integralnya posisinya dalam operasi sehari-hari kelompok militan tersebut.