Bagikan:

JAKARTA - Militer Israel pada Hari Senin mengatakan, badan bantuan PBB di Gaza UNRWA mempekerjakan lebih dari 450 "operator militer" dari Hamas dan kelompok militan bersenjata lainnya, dengan informasi intelijen ini telah dibagikan kepada PBB.

UNRWA menjadi pusat badai diplomatik atas tuduhan Israel, yang mengatakan banyak pegawainya merangkap sebagai anggota Hamas, bahkan beberapa di antaranya ambil bagian dalam serangan 7 Oktober yang memicu perang di Gaza, memicu Amerika Serikat dan negara-negara lain telah menghentikan pendanaan untuk UNRWA.

"Lebih dari 450 pegawai UNRWA adalah anggota militer dalam kelompok teror di Gaza. Lebih dari 450 orang. Ini bukan sekedar kebetulan. Ini sistematis. Tidak ada klaim 'Kami tidak tahu'," kata juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan dalam sebuah pengarahan, dilansir dari Reuters 5 Maret.

"Kami mengirimkan informasi yang saya bagikan sekarang, serta informasi intelijen lebih lanjut, kepada mitra internasional kami, termasuk PBB," lanjutnya.

Menanggapi hal ini, UNRWA mengatakan pihaknya menyambut baik semua informasi yang dapat dimasukkan dalam penyelidikan independen PBB yang saat ini sedang berlangsung.

"UNRWA mendorong entitas mana pun yang memiliki informasi mengenai tuduhan serius terhadap staf UNRWA untuk membagikannya kepada penyelidikan PBB yang sedang berlangsung," kata Kepala Komunikasi UNRWA Juliette Touma.

Sebelumnya, para pemimpin Palestina menuduh Israel melakukan serangan politik terhadap UNRWA, menyerukan agar pendanaan badan itu dilanjutkan kembali.

Diketahui, UNRWA mempekerjakan 13.000 staf di Gaza, memberikan bantuan sehari-hari kepada lebih dari setengah dari 2,3 juta warga Palestina di Gaza. Pembekuan pendanaan secara dramatis memperburuk ketegangan yang dialami lembaga tersebut yang sudah sangat terbebani selama hampir lima bulan perang.

Israel telah berjanji untuk melanjutkan serangan dahsyatnya sampai mereka melenyapkan Hamas, kelompok Islam yang menguasai Gaza dan bersumpah untuk menghancurkan Israel, menjaminpembebasan lebih dari 100 sandera Israel yang masih berada di Gaza.

Konflik terbaru di Gaza pecah ketika Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober dalam serangan yang menewaskan 1.200 orang dan mengakibatkan 253 orang lainnya diculik, menurut penghitungan Israel.

Serangan itu memicu serangan Israel di Gaza yang dikuasai Hamas. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pada Hari Senin, jumlah korban tewas warga Palestina telah mencapai 30.534 jiwa, sementara sekitar 71.920 orang lainnya terluka, seperti dikutip dari Anadolu.