Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyerukan perlindungan pekerja kemanusiaan, setelah staf PBB tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina.

"Kita perlu melihat lokasi kemanusiaan dilindungi, dan itu adalah sesuatu yang terus kita sampaikan kepada Israel," kata Menlu Blinken, dikutip dari The Times of Israel 13 September.

Menlu Blinken juga mengatakan, gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan yang didukung AS adalah cara terbaik untuk memastikan keselamatan mereka.

Diberitakan sebelumnya, tim penyelamat mengatakan serangan Israel terhadap sebuah sekolah di Gaza tengah tadi malam menewaskan 18 orang, termasuk staf UNRWA.

Badan pengungsi Palestina PBB itu mengatakan, enam staf tewas, setelah dua serangan udara menghantam sebuah sekolah di Gaza tengah pada Hari Rabu, menandai apa yang dikatakannya sebagai jumlah korban tewas tertinggi di antara stafnya dalam satu insiden.

"Di antara mereka yang tewas adalah manajer tempat penampungan UNRWA dan anggota tim lainnya yang memberikan bantuan kepada orang-orang terlantar," cuit UNRWA di X, melansir Reuters.

"Sekolah ini telah diserang lima kali sejak perang dimulai. Sekolah ini menampung sekitar 12.000 orang terlantar, terutama wanita dan anak-anak," ungkap UNRWA.

Israel Defense Forces (IDF) mengatakan, serangan itu mengenai pusat kendali Hamas yang terletak di dalam sekolah Al-Jawni di Nuseirat. IDF menuding Hamas menggunakan sekolah tersebut untuk merencanakan dan melakukan serangan terhadap pasukan dan Israel.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, kurangnya akuntabilitas atas pembunuhan staf PBB dan pekerja bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza "sama sekali tidak dapat diterima."

Hampir 300 pekerja bantuan kemanusiaan, lebih dari dua pertiganya adalah staf PBB, juga tewas selama konflik di Jalur Gaza, menurut PBB. Sekjen Guterres mengatakan harus ada investigasi dan akuntabilitas yang efektif atas kematian mereka.

"Kami memiliki pengadilan, tetapi kami melihat bahwa keputusan pengadilan tidak dihormati, dan ketidakpastian akuntabilitas seperti inilah yang sama sekali tidak dapat diterima dan juga memerlukan refleksi serius," kata Sekjen Guterres.

Militer Israel mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko bahaya bagi warga sipil, menyebut setidaknya sepertiga dari korban tewas Palestina di Gaza adalah militan. Mereka menuduh Hamas menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng manusia, tuduhan yang dibantah kelompok militan Palestina itu.