Bagikan:

JAKARTA - Pemungutan suara di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) mengenai resolusi terakit konflik Hamas dengan Israel di Gaza kembali ditunda untuk kali ketiga, saat jumlah korban tewas warga di wilayah kantong tersebut mencapai 20.000 jiwa.

Penundaan voting terbaru terjadi karena masih adanya perundingan hingga menit-menit akhir antara Amerika Serikat dan Mesir mengenai proposal pemantauan bantuan PBB, ketika Washington berupaya menghindari penggunaan hak vetonya, kata para diplomat, melansir Reuters 21 Desember.

Sedianya, pemungutan suara dijadwalkan pada Hari Senin, namun terus mengalami penundaan karena masih berlangsungnya pembicaraan antar pihak.

Meski bukan anggota dewan, Mesir yang berbatasan langsung dengan Gaza, merupakan satu-satunya pintu masuk bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut selama perang antara Hamas dengan Israel yang sudah berlangsung selama dua bulan lebih.

Israel memeriksa semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah dari Mesir. Namun, resolusi Dewan Keamanan yang diusulkan oleh Uni Emirat Arab dan didukung Mesir, dapat melemahkan kendali Israel.

Rancangan resolusi itu meminta Sekjen PBB untuk membentuk mekanisme PBB di Gaza, guna secara eksklusif memantau semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, baik melalui darat, laut maupun udara dari negara-negara yang bukan pihak dalam konflik. Para diplomat mengatakan, Washington tidak senang dengan rancangan tersebut.

Dalam pertemuan tertutup pada Hari Rabu, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield meminta penundaan untuk memungkinkan diplomasi AS dengan Mesir. Dia juga menyampaikan kekhawatiran, proposal pemantauan bantuan dapat memperlambat pengiriman, kata para diplomat.

Dia mengatakan kepada dewan, Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Mesir Sameh Shoukry akan berbicara pada Rabu malam waktu setempat, kata para diplomat.

Itu kemudian membuat Presiden DK PBB untuk Bulan Desember, Duta Besar Ekuador untuk PBB Jose Javier De La Gasca menunda pemungutan suara ke Hari Kamis.

"Negara-negara yang memiliki ekuitas dalam data ini sedang melakukan diplomasi tingkat tertinggi untuk mencapai kesepakatan yang akan berdampak di lapangan. Diplomasi membutuhkan waktu," kata Duta Besar UEA untuk PBB Lana Nusseibeh.

Terlepas dari apa yang dihasilkan oleh diplomasi tersebut, dia berkata: "Ini akan dibawa ke pemungutan suara."

Sementara itu, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel di wilayah tersebut, sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober, telah mencapai 20.000 jiwa, menurut para pejabat Palestina, dikutip dari Al Jazeera.

Kantor Media Pemerintah Gaza pada Hari Rabu melaporkan, setidaknya 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita termasuk di antara mereka yang tewas.

Ketika ditanya tentang jumlah korban yang terus bertambah, Menlu AS Blinken mengatakan, "jelas bahwa konflik akan berlanjut dan perlu dipindahkan ke fase intensitas yang lebih rendah".

"Kami berharap dan ingin melihat peralihan ke operasi (Israel) yang lebih bertarget dengan jumlah pasukan yang lebih kecil yang benar-benar fokus menangani kepemimpinan Hamas, jaringan terowongan dan beberapa hal penting lainnya," ujarnya

"Dan ketika hal itu terjadi, saya pikir Anda juga akan melihat bahwa kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil juga berkurang secara signifikan," tandasnya.