Kepala Palang Merah Internasional Sebut Perang Gaza Adalah Kegagalan Moral
Seorang anak berlarian di antara rerintuhan bangunan akibat serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina. (UNRWA/Ashraf Amra)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Hari Selasa menyesalkan konflik di Gaza sebagai "kegagalan moral" komunitas internasional, mendesak Israel dan Hamas untuk mencapai kesepakatan baru untuk menghentikan pertempuran.

"Saya telah berbicara tentang kegagalan moral, karena setiap hari hal ini terus berlanjut, adalah hari di mana komunitas internasional belum terbukti mampu mengakhiri penderitaan yang begitu besar dan ini akan berdampak pada generasi tidak hanya di Gaza," kata Presiden ICRC Mirjana Spoljaric kepada wartawan di Jenewa setelah perjalanan ke Jalur Gaza dan Israel, dilansir dari Reuters 20 Desember.

"Tidak ada apa pun tanpa kesepakatan kedua belah pihak, jadi kami mendesak mereka untuk terus bernegosiasi," lanjutnya, mengacu pada pembebasan sandera Israel yang dibawa ke Gaza oleh kelompok militan Hamas dalam serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober.

Diketahui, gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir selama seminggu pada akhir November antara Hamas-Israel, mampu membebaskan 110 sandera di Gaza dengan imbalan 240 wanita dan remaja Palestina dari penjara Israel.

Pertempuran sengit kembali terjadi pada 1 Desember dan beberapa sandera yang tersisa dinyatakan tewas secara in-abstia oleh otoritas Israel.

Meskipun ICRC memfasilitasi pembebasan sandera selama gencatan senjata, kelompok tersebut telah dikritik oleh beberapa warga Israel karena tidak berbuat lebih banyak untuk membebaskan orang lain dan memberikan mereka perawatan medis.

Beberapa pengguna media sosial menyamakannya dengan layanan taksi untuk mengusir sandera keluar dari Gaza.

"Anda tidak boleh pergi ke sana dan menyandera lalu membawa mereka keluar,” kata Spoljaric, seraya mengatakan bahwa analogi apa pun dengan layanan Uber atau taksi "tidak dapat diterima dan keterlaluan."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu mengonfirmasi perundingan baru sedang dilakukan untuk membebaskan sandera yang masih ditahan oleh Hamas, setelah sebuah sumber mengatakan kepala intelijen Israel bertemu dengan perdana menteri Qatar.

"Kami terus melakukan pembicaraan dengan semua pihak untuk kemudian siap mengoperasionalkan kesepakatan yang mereka capai," ungkap Spoljaric.

"Yang jelas adalah pada tingkat permusuhan saat ini, respons kemanusiaan yang berarti masih sangat sulit, bahkan mustahil," tandasnya.