JAKARTA - Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) mengumumkan, seroang mantan agen CIA dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun pada Hari Rabu, setelah mengaku bersalah menjadi mata-mata untuk China.
Alexander Yuk Ching Ma, 71, mencapai kesepakatan pembelaan dengan jaksa penuntut pada Bulan Mei sebagai imbalan atas pengakuan bersalahnya, terkait konspirasi untuk mengumpulkan dan memberikan informasi pertahanan nasional kepada China, kata DOJ dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 12 September.
DOJ menerangkan, Ma, yang bekerja untuk CIA dari tahun 1982 hingga 1989, berkonspirasi dengan seorang kerabat, yang sekarang sudah meninggal, yang juga bekerja di CIA.
Pihak departemen mengatakan, kedua dihubungi oleh perwira intelijen China pada Bulan Maret 2001, menyerahkan "sejumlah besar" informasi pertahanan rahasia dengan imbalan 50.000 dolar AS.
Ma ditangkap pada Bulan Agustus 2020, setelah mengakui kepada seorang agen FBI yang menyamar, dirinya menjual rahasia AS ke China, dikutip dari BBC.
Sebagai bagian dari kesepakatan dengan otoritas Amerika Serikat, ia harus menjalani pemeriksaan oleh badan-badan pemerintah selama sisa hidupnya, termasuk menjalani tes poligraf atau tes kebohongan, seperti melansir AP.
Perwira intelijen China yang menjalin kontak dengan Ma dan kerabatnya dikatakan dipekerjakan oleh Biro Keamanan Negara Shanghai.
Satu pertemuan di Hong Kong direkam dalam video dan memperlihatkan Ma menghitung uang tunai sebesar 50.000 dolar AS untuk rahasia yang mereka berikan, kata jaksa federal.
Saat tinggal di Hawaii pada tahun 2004, ia bekerja di kantor FBI di Honolulu sebagai ahli bahasa kontrak.
FBI, yang sudah mengetahui aktivitas spionasenya "mempekerjakan Ma sebagai bagian dari tipu muslihat untuk memantau dan menyelidiki aktivitas dan kontaknya", kata jaksa.
"Jadikan ini sebagai pesan bagi siapa pun yang berpikir untuk melakukan hal yang sama," kata Agen Khusus FBI Honolulu Steven Merrill dalam sebuah pernyataan.
"Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, atau berapa lama waktu yang berlalu, Anda akan diadili," tegasnnya.
Selain uang tunai, Ma juga dikatakan menerim imbalan berupa stick golf dan hadiah mahal lainnya.
"Saya berharap Tuhan dan Amerika akan mengampuni saya atas apa yang telah saya lakukan," tulis Ma, yang telah ditahan sejak penangkapannya tahun 2020, dalam sebuah surat kepada Kepala Hakim Distrik AS Derrick Watson di Honolulu, Hawaii.
Lahir di Hong Kong, Ma pindah ke Honolulu pada tahun 1968, sebelum kemudian menjadi warga negara AS pada tahun 1975.
Bergabung dengan CIA tahun 1982, ia ditugaskan di luar negeri pada tahun berikutnya, dan mengundurkan diri pada tahun 1989. Dia memegang izin keamanan rahasia tingkat tinggi, menurut dokumen pengadilan.
Ma tinggal dan bekerja di Shanghai, Tiongkok, sebelum kembali ke Hawaii pada tahun 2001.
Dua tahun kemudian, Ma melamar pekerjaan sebagai ahli bahasa kontrak di kantor lapangan FBI di Honolulu. Saat itu, pihak AS tahu Ma bekerja sama dengan perwira intelijen Tiongkok. Ma pun dipekerjakan pada tahun 2004 agar kegiatan spionasenya dapat diawasi.
Selama enam tahun berikutnya, ia secara teratur menyalin, memotret dan mencuri dokumen rahasia, kata jaksa.
BACA JUGA:
Ia sering membawa dokumen-dokumen tersebut dalam perjalanan ke Tiongkok dan kembali dengan membawa ribuan dolar dalam bentuk uang tunai serta hadiah-hadiah mahal, termasuk seperangkat tongkat golf baru.
Pada suatu saat di tahun 2006, para pengurusnya di Biro Keamanan Negara Shanghai meminta Ma untuk meminta bantuan saudaranya untuk mengidentifikasi empat orang dalam foto, dan saudaranya berhasil mengidentifikasi dua di antaranya.
"Karena saudara saya, saya tidak dapat melaporkan kejahatan ini," kata Ma dalam suratnya kepada hakim.
"Ia seperti figur ayah bagi saya. Di satu sisi, saya juga senang ia meninggalkan dunia ini, karena itu membuat saya bebas untuk mengakui apa yang saya lakukan," tambahnya.