SURABAYA - Forkopimda Jawa Timur deklarasi "Gerakan Santri Bermasker”. Gerakan ini bertujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di Jatim.
Kegiatan yang digagas Polda Jatim itu dihadiri langsung pimpinan Ponpes Bumi Sholawat Sidoarjo KH. Agoes Ali Masyhuri, Ketua PW Muhammadiyah Jatim KH. Saad Ibrahim, Sekretaris Umum MUI Jatim Muzakky.
Kemudian, Bendahara PWNU Jatim KH. Rosidi, Wakapolda Jatim Brigjen Slamet Hadi Supraptoyo, serta Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono.
Pada saat pencanangan, perwakilan santri dan santriwati dari Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo membacakan Ikrar Santri Jatim. Di mana terdapat lima poin yang menjadi hal penting dalam ikrar tersebut.
Pertama, selalu memakai masker dalam setiap kegiatan di dalam dan luar pondok pesantren. Kedua, selalu menjaga jarak antar santri maupun orang lain. Ketiga, menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer.
Keempat, membatasi mobilitas dan interaksi yang tidak perlu. Kelima, menghindari kerumunan dengan jarak minimal satu meter.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan masker berfungsi melindungi para santri dari bahaya penularan COVID-19. Tak hanya mengingatkan pentingnya bermasker, dirinya juga mengingatkan pentingnya menggunakan masker dengan benar.
"Gerakan santri bermasker menjadi ikhtiar bersama untuk saling melindungi satu sama lain, sehingga bisa saling terlindungi dari COVID-19. Karenanya, bagi para santri tidak bisa satu bermasker, satunya lagi melepas masker," kata Khofifah.
Menurut Gubernur Khofifah, Gerakan Santri Bermasker bisa menjadi bagian penguatan, dari pelaksanaan disiplin protokol kesehatan di Jatim. Ada lebih 6 ribu pondok pesantren di Jatim, dengan jumlah santri mencapai hingga 900 ribu lebih.
"Apalagi santri di Jatim cukup banyak, dan kegiatan mereka juga sangat padat. Karenanya, protokol kesehatannya harus betul-betul dikawal," kata Khofifah.
Khofifah mengingatkan kepada para santri untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan 5M, seperti memakai masker, menjaga jarak yang aman, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
BACA JUGA:
Kata Khofifah, ini penting karena COVID-19 sampai saat ini belum ada obatnya.
"Meskipun sudah mulai dilakukan proses pemberian vaksinasi COVID-19 pada tahap kedua, semua elemen masyarakat harus tetap meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan," ujarnya.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, mengatakan Gerakan Santri Bermasker menjadi bagian penting dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Jatim. Karenanya, pihaknya juga membagikan sebanyak 1.2 juta masker untuk pondok pesantren yang ada di Jatim.
"Santri menjadi basis yang kuat dan penting dalam menghadapi COVID-19," kata Nico.