JAKARTA - Badan intelijen utama Ukraina (SBU) mengatakan, pihaknya berhasil menemukan skema korupsi massal dalam pembelian senjata oleh militer negara tersebut yang berjumlah hampir $40 juta (1,5 miliar hryvnia Ukraina).
SBU mengatakan, penggelapan tersebut melibatkan pembelian 100.000 mortir untuk Angkatan Bersenjata Ukraina pada musim gugur 2022, dilansir dari CNN 29 Januari.
Kementerian Pertahanan Ukraina membayar hampir seluruh dana tersebut kepada pemasok senjata Lviv Arsenal. Namun, SBU mengatakan amunisi tersebut tidak pernah diterima. Sebaliknya, dikatakan sebagian dana telah ditransfer ke rekening luar negeri, termasuk di Balkan.
Investigasi menemukan bahwa mantan pejabat tinggi pertahanan, kepala dan kepala komersial Lviv Arsenal, dan perwakilan grup komersial asing terlibat dalam penipuan tersebut.
Terungkapnya skema korupsi besar-besaran akan mempunyai konsekuensi bagi Ukraina, saat negara tersebut terus melawan invasi Rusia yang tak henti-hentinya sembari mencoba membuka jalan menuju Uni Eropa, yang menjadikan pemberantasan korupsi sebagai prasyarat keanggotaan Ukraina di masa depan.
Yurii Zbitnev, CEO Lviv Arsenal, mengatakan kepada media lokal, orang yang bertanggung jawab atas kontrak amunisi telah dipecat dan perusahaan tersebut bekerja sama dengan kementerian pertahanan untuk mengembalikan dana tersebut ke negara, sehingga dapat "digunakan untuk tujuan yang lebih tepat."
SBU mengatakan lima orang telah didakwa. Salah satu dari mereka, mantan pejabat kementerian pertahanan, ditahan ketika mencoba melintasi perbatasan Ukraina. Dikatakan, pihak berwenang sedang berupaya untuk menahan tersangka lain dan mereka yang didakwa bisa menghadapi hukuman hingga 12 tahun penjara.
"Kementerian Pertahanan terus berjuang tanpa kompromi terhadap pihak-pihak yang melakukan penggelapan dana pengadaan senjata. Kami tidak punya tempat bagi pejabat yang korup," tegas Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Dmytro Klymenkov.
BACA JUGA:
Diketahui, Ukraina dilanda skandal korupsi yang melibatkan kementerian pertahanannya dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Bulan Desember, seorang pejabat senior kementerian pertahanan Ukraina ditahan atas tuduhan penggelapan senilai 1,5 miliar hryvnia (40 juta dolar AS) dalam kasus terpisah terkait kontrak peluru artileri.
Laporan tersebut muncul hanya beberapa bulan setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberhentikan semua pejabat yang bertanggung jawab atas pusat perekrutan militer regional. Pada Bulan September, Ia juga memecat Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov, dengan alasan perlunya “pendekatan baru di tengah skandal yang terus berlanjut.