Jakarta Banjir, PDIP Sindir Anies Baswedan: Ini Karena Asumsi Air Masuk ke Bumi
Sekjen PDIP Hasto Krisiyanto (Foto: Dokumentasi DPP PDIP)

Bagikan:

JAKARTA - Sebagian wilayah di DKI Jakarta dikepung banjir. Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menilai banjir Jakarta tak kunjung tuntas karena anggapan bahwa air akan masuk ke bumi.

"Kalau bicara banjir Jakarta, kan saya juga sebagai sebuah kritik, karena asumsi yang salah bahwa air itu akan masuk ke bumi. Itu kan yang disampaikan pada saat kampanye," kata Hasto dalam tayangan Youtube PDI Perjuangan, Sabtu, 20 Februari.

Dalam hal ini, Hasto menyindir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Saat kampanye Pilgub DKI 2017 lalu, Anies mengaku tak sepakat dengan infrastruktur aliran air di DKI.

Kata Anies saat itu, penanganan banjir Jakarta harus dilakukan dengan memastikan air yang ada meresap ke dalam tanah. Berbeda dengan konsep pembangunan infrastruktur yang berusaha mengalirkan air dengan lancar ke laut. 

Hasto mengatakan, banjir di Jakarta adalah persoalan manajemen, persoalan tata ruang, dan persoalan keberanian mengambil keputusan.

"Itu harus betul-betul memperhatikan aspek cuaca tersebut. Ini yang kemudian kepala daerah PDI Perjuangan, karena mendapat kesempatan yang begitu luas untuk membahas aspek-aspek lingkungan, maka juga otomatis terbangun suatu kultur untuk merawat lingkungan dengan baik," ujar Hasto.

Pagi tadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menggelar rapat koordinasi di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan terkait banjir Jakarta pada hari ini.

Setelah meninjau ketinggian air dari laporan jajarannya, Anies menyebut bahwa banjir di Ibu Kota, khususnya di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan hari ini diakibatkan cuaca ekstrem dan curah hujan yang tinggi.

Anies menjelaskan, curah hujan di Pasar Minggu mencapai 226 mm per hari, di Sunter Hulu 197 mm, di Halim Perdanakusuma sampai 176 mm, Lebak bulus 154 mm.

"Semua angka di atas 150 adalah kondisi ekstrem. Dalam pembagian skala, ada hujan lebat sampai 100 mm, kemudian, 100 mm-150 mm sangat lebat dan di atas 150 mm adlah hujan ekstrem," kata Anies di Pintu Air Manggarai.

Sayangnya, kata Anies sistem drainase di DKI dibangun dengan daya tampung curah hujan antara 50 sampai 100 milimeter per hari. Drainase di kawasan tersebut tak mampu menampung air dengan curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan luapan air sampai pemukiman.

"Kapasitas sistem drainase di Jakarta itu berkisar 50 sampai 100 mm. Bila terjadi hujan di atas 100 mm per hari, maka pasti terjadi genangan karena memang kapasitasnya terbatas sampai 100 mm," ujar dia.