Bagikan:

JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Dedi Kurnia Syah menilai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyinggung suasana politik jelang Pemilu 2024 semakin banyak drama dalam pidato di HUT ke-59 Golkar bermakna bias.

Jokowi, kata Dedi, terkesan membawa opini untuk bahwa dirinya menjadi korban penindasan politik.

"Jokowi seringkali menggunakan kalimat bias, termasuk statemen terbarunya," ujar Dedi saat dihubungi VOI, Selasa, 7 November.

Menurut Dedi, ucapan Jokowi itu untuk mengcounter sebutan politik dinasti usai putusan Mahkamah Konstitusi yang meloloskan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka maju sebagai cawapres Prabowo Subianto.

"Jokowi terkesan membawa opini bahwa ia dan kepentingannya sedang direspon secara tidak umum, misalnya saja keputusannya usung Gibran sebagai cawapres yang direspon cukup negatif oleh banyak kalangan," urainya.

Selain itu, kalimat yang diucapkan Jokowi juga mengarah ke hubungannya dengan PDIP yang dianggap memanas. "Bisa saja itu statemen diarahkan ke PDIP," kata Dedi.

Jokowi, kata Dedi, memainkan peran seolah dirinya merupakan korban penindasan politik sebagai petugas partai yang melawan. Padahal, menurut Dedi, Jokowi lah yang berkhianat kepada partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri itu.

"Keahlian Jokowi yang sekarang mulai diikuti Gibran, politik tertindas, seolah menjadi korban penindasan politik pihak lain, padahal dalam situasi ini justru Jokowi yang sedang mengkhianati dan menggembosi PDIP," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi bicara soal kondisi politik saat ini jelang pencoblosan Pilpres 2024. Bagi Jokowi yang terjadi saat ini terlalu banyak drama politik

“Saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya, mestinya kan pertarungan gagasan, mestinya pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan,” kata Jokowi dalam sambutan di HUT Golkar, Senin, 6 November.

“Kalau yang terjadi pertarungan perasaan repot semua kita, tidak usah saya teruskan karena nanti ke mana-mana,” kata Jokowi.

Jokowi pun kembali mengingatkan kepada seluruh kandidat yang bakal bertanding di Pilpres 2024 agar tidak sombong jika menang, dan legowo menerima kekalahan.

"Dan ingat yang kita pegang betul nanti kalau menang jangan jumawa kalau kalah jangan murka. Setelah berkompetisi, saya setuju tadi pak Prabowo bersatu kembali, rukun kembali," kata Jokowi.

"Ini adalah pertandingan antara keluarga sendiri, antar sesama anak bangsa yang sama-sama ingin membangun bangsa kita Indonesia," pungkasnya.