Penasihat Presiden Ukraina Minta Vampire untuk Hadapi Drone Shahed Buatan Iran Milik Rusia
Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak. 9Twitter/@Podolyak_M)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pejabat senior Ukraina pada Hari Senin menyerukan peninjauan kembali terhadap sistem anti-pesawat Barat yang dipasok ke Ukraina, mengatakan senjata yang lebih sederhana dan lebih murah bisa lebih hemat biaya dalam melawan drone Shahed buatan Iran milik Rusia.

Drone Shahed dikerahkan dalam serangan Rusia hampir setiap hari. Ukraina sudah mahir dalam menjatuhkan senjata tersebut, meskipun beberapa di antaranya masih mengenai sasaran kawasan dan perumahan, meskipun ada jaminan dari Moskow serangan tersebut tidak menargetkan warga sipil.

Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, masalah ini bukan hanya tentang mengamankan lebih banyak sistem anti-pesawat, "tetapi terutama memecahkan masalah matematika yang terletak pada ekonomi perang".

Dijelaskannya, meskipun sistem Barat, seperti NASAMS dan Iris-T, digunakan untuk menjatuhkan rudal, menggunakannya untuk mencegat Shahed mungkin pemborosan, tulis Podolyak di platform X.

"Dengan demikian, hal ini menyebabkan menipisnya persediaan sekutu dan melemahnya jangka panjang," tulis Podolyak, melansir Reuters 3 Oktober.

"Solusinya jelas, selain senapan mesin mobile kaliber besar, ada banyak sistem anti-pesawat yang lebih sederhana dan lebih murah yang tersedia saat ini yang telah terbukti efektif melawan Shahed. Ini termasuk Gepard dan Vampire," urainya.

Gepard adalah tank senjata antipesawat buatan Jerman. Sedangkan sistem anti-drone Vampire buatan Amerika Serikat terdiri dari peluncur rudal berpemandu laser yang dapat dipasang di bak truk.

Pengurangan skala seperti itu, tulis Podolyak, "akan meminimalkan dampak 'serangan' Rusia dan menjamin stabilitas jangka panjang di langit Ukraina dan negara-negara tetangga NATO kita".

Diketahui, Ukraina sangat bergantung pada pasokan senjata dari negara-negara Barat dalam menghadapi invasi Rusia yang telah berlangsung selama 19 bulan, serta dalam melancarkan serangan balasan pada bulan Juni yang bertujuan untuk merebut kembali sekitar 18 persen wilayahnya yang dikuasai oleh pasukan Moskow.

Sementara itu, Presiden Zelensky dan para pejabat lainnya dalam beberapa pekan terakhir telah menekankan pentingnya mengembangkan industri senjata Ukraina, untuk bersama-sama mengembangkan senjata dengan perusahaan-perusahaan Barat.