JAKARTA - Kematian warga Palestina dan Israel sepanjang tahun ini telah melampaui angka tahun lalu, tertinggi sejak 2005, kata utusan Timur Tengah PBB Tor Wennesland.
Lebih dari 200 warga Palestina dan hampir 30 warga Israel tewas di Tepi Barat dan Israel yang diduduki tahun ini, kata Wennesland kepada Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pengarahan.
"Warga Palestina dan Israel tewas dalam kekerasan hampir setiap hari - termasuk hanya beberapa jam sebelum pengarahan ini, ketika serangan penembakan fatal lainnya menewaskan seorang warga Israel di Tepi Barat," katanya, dilansir dari The National News 23 Agustus.
Lebih lanjut Wennesland mengatakan, kekerasan tersebut "dipicu dan diperburuk oleh rasa putus asa yang semakin besar mengenai masa depan".
Pada Hari Selasa, pasukan Israel membunuh seorang anak laki-laki berusia 17 tahun saat mencari tersangka dalam penembakan fatal terhadap seorang ayah dan anak laki-laki Israel pada Sabtu pekan lalu di Kota Huwara, Palestina.
Di Hari Senin, seorang pemukim Israel ditembak mati dan seorang lainnya terluka di Hebron.
Terkait peningkatan kekerasan dan korban di kedua belah pihak, Wennesland menyebut iklim politik saat ini sebagai penyebab eskalasi.
"Kurangnya kemajuan menuju cakrawala politik yang membahas isu-isu inti yang mendorong konflik, telah meninggalkan kekosongan yang berbahaya dan mudah berubah, diisi oleh para ekstremis di kedua sisi," urainya.
BACA JUGA:
Wennesland mengatakan, pihak-pihak yang berkonflik telah mengambil "beberapa tindakan" untuk memperbaiki situasi di lapangan, tetapi "langkah sepihak, termasuk pembangunan dan penghancuran pemukiman" terus berlanjut seperti halnya kekerasan pemukim dan aktivitas militan Palestina.
Kelompok advokasi Israel Peace Now bulan ini mengatakan, pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki telah mencapai tingkat rekor, dengan hampir 13.000 unit rumah baru disetujui sepanjang tahun ini.
Ditambahkan, Israel juga terus mempraktikkan bentuk hukuman kolektif, ilegal menurut hukum internasional, dengan menghancurkan rumah keluarga orang yang diduga melakukan serangan, bahkan setelah mereka terbunuh.