Laporan PBB Sesalkan Kemerosotan HAM di Tepi Barat, Desak Israel Akhiri Kekerasan Terhadap Penduduk Palestina
Militer israel di Tepi Barat. (Wikimedia Commons/IDF Spokesperson's Unit)

Bagikan:

JAKARTA - Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diterbitkan pada Hari Kamis menyesalkan apa yang dikatakannya sebagai “kemerosotan cepat” hak asasi manusia (HAM) di Tepi Barat yang diduduki Israel, mendesak Pemerintah Israel untuk mengakhiri kekerasan terhadap penduduk Palestina di sana.

Laporan yang diterbitkan oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan, 300 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat sejak 7 Oktober, saat kelompok militan Hamas melakukan serangan mematikan di Israel selatan dan menyandera ratusan orang di Gaza.

Sebagian besar pembunuhan terjadi selama operasi pasukan keamanan Israel atau konfrontasi dengan mereka.

Setidaknya 105 kematian dapat dikaitkan dengan operasi Israel yang melibatkan serangan udara atau taktik militer lainnya di kamp pengungsi atau daerah padat penduduk lainnya. Setidaknya delapan orang dibunuh oleh pemukim Yahudi, kata laporan itu.

Tal Heinrich, juru bicara Kantor Perdana Menteri Israel, menolak laporan tersebut dan menyebutnya "sangat konyol".

"Ini benar-benar meremehkan ancaman keamanan besar terhadap warga Israel yang muncul dari Yudea dan Samaria," katanya, merujuk pada Tepi Barat dengan nama-nama Ibrani dalam Alkitab, melansir Reuters 29 Desember.

"Ya, kami menangkap ratusan tersangka teroris di wilayah itu dan kami akan terus melakukan apa pun untuk menjaga keamanan kami," sambungnya.

Sementara itu, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mengatakan, penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional terhadap warga Palestina di Tepi Barat "sangat meresahkan".

"Saya menyerukan Israel untuk segera mengambil langkah-langkah yang jelas dan efektif untuk mengakhiri kekerasan pemukim terhadap penduduk Palestina, untuk menyelidiki semua insiden kekerasan yang dilakukan oleh pemukim dan Israel Defense Forces, untuk memastikan perlindungan yang efektif terhadap komunitas Palestina," ujar Turk.

OHCHR mengatakan pihaknya juga mencatat adanya penahanan sewenang-wenang massal, penahanan yang melanggar hukum, dan kasus-kasus penyiksaan yang dilaporkan serta bentuk-bentuk perlakuan buruk lainnya terhadap tahanan Palestina. Dikatakan sekitar 4.785 warga Palestina telah ditahan di Tepi Barat sejak 7 Oktober.

"Beberapa dari mereka ditelanjangi, ditutup matanya dan ditahan selama berjam-jam dengan borgol dan kaki diikat, sementara tentara Israel menginjak kepala dan punggung mereka, diludahi, dibanting ke dinding, diancam, dihina, dan dalam beberapa kasus menjadi sasaran pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender," beber OHCHR.

Terpisah, militer Israel mengatakan mereka beroperasi terhadap tersangka militan di Tepi Barat dan penyelidikan telah diluncurkan terhadap kasus-kasus kemungkinan perlakuan buruk terhadap tahanan.

Diketahui, Tepi Barat mengalami tingkat kerusuhan tertinggi dalam beberapa dekade selama 18 bulan, sebelum serangan terhadap Israel pada 7 Oktober oleh kelompok militan Hamas. Namun, konfrontasi meningkat tajam ketika Israel melancarkan invasi darat ke Gaza.