Dirjen WHO Sebut Resolusi Dewan Keamanan PBB Mengenai Bantuan Belum Berdampak di Gaza
Pengiriman bantuan misi kemanusiaan ke wilayah Gaza oleh PBB. (Twitter/@DrTedros)

Bagikan:

JAKARTA - Resolusi Dewan Keamanan Perserikat Bangsa Bangsa (DK PBB) terkait peningkatan bantuan terhadap wilayah Jalur Gaza yang disahkan pekan lalu, belum memberikan dampak, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Resolusi DK PBB No.2720 menyerukan jeda kemanusiaan antara Israel dan Hamas, meningkatkan bantuan ke Gaza dan menciptakan kondisi yang memungkinkan diakhirinya pertempuran secara berkelanjutan.

Resolusi yang diajukan oleh Uni Emirat Arab itu disahkan setelah 13 negara anggota DK PBB menyatakan dukungan, sementara Amerika Serikat dan Rusia menyatakan abstain, mengakhiri perundingan tertutup selama berhari-hari.

Namun, hal itu belum menjadi kenyataan di wilayah yang dilanda perang, kata Tedros.

"Anggota Dewan Keamanan PBB harus segera mewujudkan resolusi mereka baru-baru ini – untuk menciptakan jeda dalam permusuhan dan koridor kemanusiaan – menjadi kenyataan di Gaza. Tindakan, bukan kata-kata, adalah apa yang dibutuhkan rakyat Gaza saat ini," kata Tedros dalam sebuah postingan di X, melansir CNN 28 Desember.

“Hari demi hari, kebutuhan masyarakat Gaza yang dilanda perang semakin meningkat. Bahaya, kesehatan yang buruk, kelaparan, kehausan, kurangnya tempat berlindung – hal-hal ini seharusnya tidak menjadi hal yang biasa bagi jutaan orang. Namun sayangnya, hal tersebut memang terjadi," paparnya.

Pernyataan Tedros muncul setelah tim WHO melakukan misi "berisiko tinggi" untuk mengirimkan pasokan ke dua rumah sakit di Gaza.

Di wilayah utara, tim PBB membawa peralatan medis dan bahan bakar ke Rumah Sakit Al-Shifa, di mana dilaporkan 50.000 orang mencari perlindungan, agar layanan kesehatan penting tetap berjalan di rumah sakit tersebut, kata WHO.

Sedangkan tim di wilayah selatan mengunjungi rumah sakit Al-Amal, di mana staf WHO mengatakan mereka merasa mustahil untuk masuk ke dalam rumah sakit tersebut "tanpa melangkahi pasien dan mereka yang mencari perlindungan."

Saat transit melalui Gaza, tim juga menyaksikan "puluhan ribu orang yang melarikan diri dari serangan besar-besaran di Khan Younis dan Area Tengah – dengan berjalan kaki, menaiki keledai atau mobil."

Adapun, Perwakilan WHO Rik Peeperkorn mengatakan, badan tersebut khawatir perpindahan penduduk baru akan semakin membebani fasilitas medis di wilayah selatan.

"Perpindahan massa yang dipaksakan ini juga akan menyebabkan kepadatan penduduk, peningkatan risiko penyakit menular, dan semakin sulitnya penyaluran bantuan kemanusiaan," jelas Peeperkorn.

Kondisi ini juga membuar Tedros menyuarakan keprihatinannya.

"Hari ini saya mengulangi seruan saya kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna meringankan bahaya besar yang dihadapi penduduk Gaza dan membahayakan kemampuan pekerja kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang mengalami luka parah, kelaparan akut, dan risiko penyakit yang parah," seru Tedros.

Diketahui, serangan Hamas ke selatan Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan 1.200 orang tewas dan 240 lainnya disandera, dibalas dengan bombardir dan blokade Israel terhadap Gaza, menyebabkan sekitar 21.100 orang tewas dan 55.243 luka-luka hingga Rabu, menurut kementerian kesehatan setempat, dikutip dari Al Jazeera.