JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan, upaya untuk memperbaiki situasi di Gaza, Palestina harus terus dilakukan dan tidak boleh menyerah, meski ada kekecewaan lantaran kembali gagalnya badan Perserikatan Bangsa Bangsa menyepakati resolusi mengenai krisis di sana.
Tiba di Jenewa, Swiss pada Minggu (10/12) pagi waktu setempat, Menlu Retno menghadiri Pertemuan Khusus Executive Board WHO yang membahas situasi di Gaza, organ eksekutif WHO di bawah World Health Assembly yang beranggotakan 34 negara. Selain anggota Executive Board, pertemuan kali ini juga dihadiri negara non-anggota yang peduli terhadap situasi di Gaza.
Salah satu hal yang disampaikan Menlu Retno dalam pertemuan tersebut adalah, sikap Indonesia mengenai kembali gagalnya Dewan Keamanan PBB menyepakati resolusi untuk meredakan krisis di wilayah kantong Palestina itu.
"Indonesia sangat kecewa Dewan Keamanan PBB kembali gagal mensahkan resolusi mengenai humanitarian ceasefire yang akan dapat mengurangi penderitaan masyarakat Gaza," kata Menlu Retno dalam keterangan Kemlu RI, Senin 11 Desember.
"Upaya harus terus dilakukan guna memperbaiki situasi Gaza. Kita tidak boleh menyerah. Never give up," sambung Menlu Retno.
DK PBB gagal menyepakati resolusi mengenai gencatan senjata yang diinisasi oleh Uni Emirat Arab (UEA) pada Jumat pekan lalu. Rancangan resolusi tersebut menyerukan semua pihak yang bertikai untuk mematuhi hukum internasional, khususnya perlindungan bagi warga sipil, menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk melaporkan kepada dewan tersebut mengenai pelaksanaan gencatan senjata.
Dalam pemungutan suara Jumat pekan lalu, rancangan resolusi itu didukung oleh 13 negara anggota Dewan Keamanan. Namun, veto Amerika Serikat sebagai anggota tetap dewan, membuat resolusi itu kandas, sedangkan Inggris, anggota tetap lainnya, memilih abstain.
"Saya sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza meskipun lebih dari 102 negara, termasuk Indonesia, ikut mensponsori resolusi tersebut," tulis Menlu Retno di media sosial X sebelumnya.
Mengatakan Indonesia telah menjadi co-sponsor Resolution on Health Condition in the Occupied Palestine Territory, including East Jerusalem, Menlu Retno mengungkapkan tiga hal penting yang harus dilakukan dalam pertemuan kemarin.
"Pertama, pentingnya mempercepat bantuan kesehatan untuk Gaza. Indonesia mendesak Israel untuk menghormati hak atas kesehatan dan akses masyarakat Gaza terhadap fasilitas kesehatan," kata Menlu Retno.
"Kedua, pentingnya perlindungan terhadap seluruh pekerja dan fasilitas medis. Hukum Humaniter Internasional harus dihormati dan ditegakkan. Indonesia mendesak adanya akuntabilitas dan keadilan atas seluruh serangan terhadap pekerja dan fasilitas medis di Gaza," lanjutnya.
BACA JUGA:
"Ketiga, pentingnya peningkatan mobilisasi dukungan untuk WHO. Dukungan ini sangat diperlukan bagi beroperasinya program-program WHO dan UNRWA di Gaza," tandasnya.
Indonesia juga mendukung WHO untuk melakukan donors conference guna dapat membiayai dan membangun kembali sistem kesehatan Palestina, tambah Menlu Retno.
"Kehadiran Indonesia di pertemuan khusus ini merupakan salah satu dukungan konsisten Indonesia terhadap Palestina," pungkasnya.