JAKARTA - Amerika Serikat belum memberikan tenggat waktu kepada Israel untuk menyelesaikan operasi militernya di wilayah Jalur Gaza, meski jumlah warga sipil Palestina sudah tembus 17 ribu jiwa menurut catatan otoritas wilayah kantong tersebut.
Wakil Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jon Finer mengatakan, Pemerintahan Presiden Joe Biden belum memberikan tenggat waktu kepada Israel untuk menyelesaikan operasi militernya di Gaza.
"Kami tidak bermaksud bersikap terlalu preskriptif terhadap mitra inti dan sekutu kami yang telah mengalami serangan yang mengerikan dan mematikan, yang dalam pandangan kami merespons dengan hal yang benar-benar diperlukan dalam tanggung jawab mereka untuk mengurangi ancaman terhadap negara mereka sendiri," kata Finer ketika menjawab pertanyaan tentang masalah ini dalam diskusi di Forum Keamanan Aspen, melansir The Times of Israel 8 Desember.
Namun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada Kabinet Perang Israel pekan lalu, Israel memiliki waktu berminggu-minggu, bukan berbulan-bulan, untuk melancarkan perangnya melawan Hamas dengan intensitas tinggi, sejak Israel melancarkan operasi darat pada 27 Oktober, kata seorang pejabat Israell.
"Kami belum memberikan tenggat waktu yang pasti kepada Israel, bukan wewenang kami. Ini adalah konflik mereka," kata Finer.
"Meskipun demikian, kami memiliki pengaruh, meskipun kami tidak memiliki kendali penuh atas apa yang terjadi di Gaza," jelas Finer.
"Kami mencoba menggunakan pengaruh kami untuk mengarahkan konflik itu dengan cara yang paling konstruktif," lanjutnya, mengacu pada perlunya mematuhi hukum internasional.
"Tetapi dalam hal mengatakan kepada mereka ‘Anda harus berhenti sekarang’, itu bukanlah cara kami menjalankan bisnis," tandasnya.
Terpisah, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 17.177 sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong tersebut pada Hari Kamis.
"Sekitar 70 persen korban adalah anak-anak dan perempuan," kata juru bicara kementerian Ashraf al-Qudra pada konferensi pers, dilansir dari Anadolu.
Lebih jauh dia mengatakan, 46.000 orang lainnya terluka dalam serangan gencar Israel di wilayah Palestina yang diblokade.
"Setidaknya 290 petugas medis tewas, 102 ambulans hancur dan 160 pusat layanan kesehatan menjadi sasaran serangan Israel, sementara 20 rumah sakit dan 46 pusat perawatan primer terpaksa tidak berfungsi," papar al-Qudra.
BACA JUGA:
"Kami menghadapi kesulitan dalam menghitung jumlah korban tewas dan korban luka akibat serangan yang sedang berlangsung dan pemadaman komunikasi," tambahnya.
Diketahui, Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada 1 Desember, seiring berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu dengan Hamas.
Israel melancarkan kampanye militer dan blokade total terhadap Jalur Gaza, usai Hamas melancarkan serangan ke wilayah selatan mereka pada 7 Oktober, menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas menurut angka resmi.