Bagikan:

JAKARTA - Jumlah korban tewas warga Palestina di Gaza di Palestina tembus 26.000 jiwa pada Hari Jumat, saat Israel memperluas operasi darat militernya di wilayah Khan Younis, selatan Jalur Gaza.

Kementerian Kesehatan mengonfirmasi sekitar 26.083 warga Palestina tewas dan 64.487 jiwa lainnya luka-luka di Gaza, sejak konflik Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober.

Pihak berwenang di Gaza mengatakan, setidaknya 183 warga Palestina tewas dan 377 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir, saat Israel terus melanjutkan operasi darat militernya di Gaza.

"Penjajah Israel melakukan 19 pembantaian terhadap keluarga-keluarga di Jalur Gaza, menyebabkan 183 orang mati syahid dan 377 orang terluka selama 24 jam terakhir," kata pernyataan kementerian, melansir Daily Sabah 26 Januari.

"Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," lanjut pernyataan itu.

Salah satu serangan mematikan Israel terjadi pada Kamis kemarin, menyebabkan 20 warga Palestina tewas dan 150 orang lainnya luka-luka saat tengah mengantre bantuan makanan.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qidra mengatakan, jumlah korban tewas "kemungkinan akan meningkat karena rumah sakit tidak memiliki sarana untuk merawat mereka," seperti dikutip dari CNN.

Sedangkan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan, para korban mengalami luka-luka yang "luar biasa" setelah serangan terhadap warga sipil yang menunggu bantuan di dekat Kota Gaza pada Hari Kamis.

"Ada ratusan orang yang terluka. Jenis cederanya sulit dipercaya. Beberapa orang kehilangan anggota tubuh mereka," kata juru bicara Pertahanan Sipil Gaza Mahmoud Basal dari Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza.

Diketahui, Israel melancarkan kampanye militer untuk melenyapkan Hamas, setelah kelompok militan itu menyerbu Israel pada 7 Oktober dan membunuh 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 200 orang kembali ke Gaza, seperti dikutip dari Reuters.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong itu rusak atau hancur, menurut PBB.