Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Riyad al-Maliki mengatakan pada Hari Kamis, Israel sedang melakukan perang balas dendam di Gaza, saat jumlah warga Palestina yang tewas tembus 7.000 jiwa, saat bombardir terus dilakukan sebagai tanggapan atas serangan Hamas awal bulan ini.

"Begitu banyak perang yang terjadi (di Gaza), ini berbeda. Kali ini adalah perang balas dendam," kata al-Maliki kepada wartawan di Den Haag, Belanda, melansir Reuters 26 Oktober.

"Perang ini tidak memiliki tujuan nyata, melainkan kehancuran total di setiap tempat yang layak huni di Gaza. Perang ini tidak diarahkan oleh rencana militer, tidak ada norma yang dihormati. Semua aturan perang internasional telah dilanggar," urainya.

Israel membombardir Gaza selama hampir tiga minggu, usai wilayah selatannya diserang oleh Hamas pada 7 Oktober lalu, menyebabkan sekitar 1.400 jiwa warganya tewas, membuat Israel mengatakan mempunyai hak untuk membela diri.

Al-Maliki mendesak para pemimpin internasional untuk menekan Israel agar melakukan gencatan senjata penuh, guna memastikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dapat disalurkan ke Gaza.

Selama kunjungannya ke Den Haag, al-Maliki mengunjungi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang menyelidiki dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di wilayah Palestina mulai tahun 2014 dan seterusnya.

Dua minggu lalu, jaksa penuntut Khan mengatakan kepada Reuters, pengadilan tersebut memiliki yurisdiksi atas potensi kejahatan perang yang dilakukan oleh militan Hamas di Israel dan warga Israel di Jalur Gaza, meskipun Israel bukan negara anggota.

"Israel, dengan memutus listrik, air dan bahan bakar, dengan memaksa orang kelaparan, dengan memindahkan orang secara paksa, telah melakukan kejahatan perang," jelas al-Maliki.

Hingga Hari Kamis, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel terhadap Jalur Gaza mencapai 7.028 jiwa, mengutip Daily Sabah.

Juru bicara kementerian Ashraf al-Qedra menguraikan, jumlah korban tewas, termasuk sekitar 2.913 anak-anak, 1.709 wanita dan 397 orang lanjut usia. Sedangkan korban luka-luka mencapai 18.484 orang.

Diketahui, jumlah korban tewas kali ini tercatat menjadi yang tertinggi di Gaza, sejak Israel menarik diri dari wilayah tersebut tahun 2005 silam.

"Pendudukan Israel dengan sengaja melakukan 731 pembantaian terhadap keluarga. Kami menerima 1.650 laporan orang hilang, termasuk 940 anak-anak yang masih tertimbun reruntuhan," ungkap al-Qedra.

Ia menambahkan, pasukan Israel dengan sengaja menargetkan 57 fasilitas layanan kesehatan, menyebabkan 12 rumah sakit dan 32 pusat perawatan primer tidak berfungsi, serta 101 petugas medis tewas dalam serangan tersebut.