Sebut Tindakan Israel di Gaza lebih dari Membela Diri, Menlu Arab Saudi: Komunitas Internasional Tutup Mata
Pertemuan Menlu Rusia Sergei Lavrov dengan delegasi OKI. (Sumber: SPA)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan adanya standar ganda dalam konflik di Gaza, dengan komunitas internasional menutup mata terhadap tindakan Israel di wilayah kantong Palestina tersebut yang dinilai sudah lebih dari membela diri.

Itu disampaikan oleh Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dalam pertemuan delegasi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Moskow, Hari Selasa.

Pangeran Faisal mengatakan, pembelaan diri bukanlah pembenaran atas apa yang dilakukan militer Israel di Gaza.

"Kita bisa melihat kejahatan terhadap warga sipil di Jalur Gaza menumpuk dan darah orang tak berdosa tertumpah, rumah sakit dan fasilitas infrastruktur sipil dihancurkan. Pembelaan diri tidak bisa membenarkan tindakan ini," ujarnya, dilansir dari TASS 22 November.

Lebih jauh ia mengatakan, tutup matanya komunitas internasional terhadap tindakan Israel di Jalur Gaza, menunjukkan adanya standar ganda.

"Kami juga melihat standar ganda dalam posisi komunitas internasional, yang menutup mata terhadap tindakan Israel," ungkap Pangeran Faisal.

Mengutip SPA, turut serta dalam delegasi OKI pada pertemuan di Moskow yakni Sekretaris Organisasi Kerja Sama Islam, Hissein Ibrahim Taha, Menlu RI Retno Marsudi, Menlu Palestina Riyad al-Maliki, Menlu Mesir Sameh Shoukry dan Menlu Ayman Al-Safadi.

Terpisah, korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah melonjak menjadi 14.128 orang, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong Palestina tersebut pada Hari Selasa.

"​​​​Para korban termasuk lebih dari 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan," tambah kementerian itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Anadolu.

Sementara itu, jumlah korban tewas di pihak Israel akibat serangan Hamas ke wilayah selatan negara itu pada 7 Oktober lalu sekitar 1.200 jiwa, menurut angka resmi.​​​​​​​ Itu memicu konflik di Gaza yang sudah memasuki pekan ketujuh.