Bagikan:

JAKARTA - Jika tidak ada perubahan dan hambatan, Jepang akan memulai pelepasan air radiokatif dari PLTN Fukushima, yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011, mulai Kamis lusa.

Selain menuai kritik keras dari China, pelepasan lebih dari 1 juta metrik ton air radioaktif yang telah di olah itu sebagai hal penting untuk menonaktifkan pembangkit listrik yang dioperasikan oleh Tokyo Electric Power Company (Tepco), juga mendapat kritik dari kelompok nelayan setempat, yang khawatir akan rusaknya reputasi dan ancaman terhadap mata pencaharian mereka.

"Saya telah meminta Tepco untuk segera mempersiapkan pembuangan air sesuai dengan rencana yang disetujui oleh Otoritas Regulasi Nuklir, dan memperkirakan pelepasan air akan dimulai pada 24 Agustus, jika kondisi cuaca memungkinkan," kata Perdana Menteri Fumio Kishida pada Hari Selasa, melansir Reuters 22 Agustus.

Pengumuman ini disampaikan sehari setelah pemerintah mengatakan, pihaknya telah memperoleh "kesepahaman" dari industri perikanan mengenai pelepasan air tersebut, kendati kelompok nelayan mengatakan mereka masih mengkhawatirkan kerusakan yang dapat ditimbulkan.

Sementara itu, pihak Tepco mengatakan, untuk gelombang pertama, air yang akan dikeluarkan berjumlah 7.800 meter kubik dan berlangsung selama sekitar 17 hari.

Air tersebut akan mengandung sekitar 190 becquerel tritium per liter, jauh di bawah batas minimum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10.000 becquerel per liter, menurut Tepco. Becquerel adalah satuan radioaktivitas.

Diketahui, Jepang mengatakan pelepasan air tersebut aman. Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, telah memberi lampu hijau rencana tersebut pada Bulan Juli, mengatakan itu telah memenuhi standar internasional, dengan dampak terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.

Dalam survei yang dilakukan FNN Jepang selama akhir pekan, sebanyak 56 persen responden mendukung pelepasai air tersebut, sementara 37 persen lainnya menentang.

"IAEA dan banyak negara lain telah menyatakan hal ini aman, jadi saya yakin hal ini aman. Namun para nelayan menghadapi begitu banyak masalah, sehingga Pemerintah Jepang perlu melakukan sesuatu untuk meyakinkan mereka," ujar pekerja LSM Hiroko Hashimoto.

Terlepas dari jaminan, beberapa negara tetangga telah menyatakan skeptis atas keamanan rencana tersebut, dengan Beijing muncul sebagai pengkritik terbesar. Terkait itu, PM Kishida mengatakan pada Hari Selasa, dia yakin “pemahaman akurat” mengenai masalah ini telah menyebar di komunitas internasional.

"Ada persepsi yang dapat dimengerti, bahwa semua bahan radioaktif selalu dan di mana-mana berbahaya... tetapi tidak semua bahan radioaktif berbahaya," kata Tony Irwin, seorang profesor kehormatan di Universitas Nasional Australia, dalam sebuah tulisan.

"Pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia secara rutin mengeluarkan air yang mengandung tritium selama lebih dari 60 tahun tanpa membahayakan manusia atau lingkungan, sebagian besar pada tingkat yang lebih tinggi dari 22 TBq per tahun yang direncanakan untuk Fukushima," tambahnya.

Jepang mengatakan air akan disaring untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kecuali tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air. Air yang diolah akan dilarutkan jauh di bawah tingkat tritium yang disetujui secara internasional sebelum dilepaskan ke Pasifik.

Diketahui, air tersebut sebelumnya digunakan untuk mendinginkan batang bahan bakar PLTN Fukushima Daiichi, setelah meleleh akibat kecelakaan karena gempa bumi dan tsunami besar pada tahun 2011 yang melanda pantai timur Jepang.

Seorang pejabat Jepang mengatakan, hasil tes pertama air laut setelah pembuangan mungkin akan tersedia pada awal September. Jepang juga akan menguji ikan di perairan dekat pabrik tersebut, dan mempublikasikan hasil tes tersebut di situs web Kementerian Pertanian.